"Bohong Teteh! Itu bisa-bisanya Kinan untuk menganggu!" terdengar suara di luar.
"Mmh! Sudah kuduga," Widy tertawa.Â
Namun akhirnya Widy, maupun Syafri keluar dan Dinni menunggu di luar dengan malu. Â Namun akhirnya dia menerima. Ibu dan Ayah Widy sudah menunggu.
Mereka sudah menyiapkan bubur ayam hangat di meja makan. Â Mereka kemudian makan bersama.
"Tadi ada telepon dari Bapak kamu Syafri, katanya dia dapat kabar dari Norma bahwa salah seorang kerabatnya sakit di Asmara Pengamat Kesehatan."
"Norma, kok nggak bilang kerabatnya ada di sini? Keumaha!" sela Widy.
"Namanya Nirmala, dia menunjukkan gejala kena influenza. Kawan Bapak yang kerja di Dinas Kesehatan Bandung bilang ada wabah influenza di kota ini."
Syafri dan Widy berpandangan. "Memang berapa hari ini hujan lebat.  Waktu Presiden Soviet Worosjilov ke Bandung  disambut hujan lebat.  Kalau aku masih jadi wartawan pasti ada di sana."
Telepon berdering. Â Bapaknya Widy beranjak dari kursinya dan mengangkat telepon.
"Dari Jaka untuk  Syafri," katanya.
Syafri kemudian menuju meja tempat telepon dan menerimanya. Â Dia menduga itu artinya, ada yang serius, kalau Jaka meneleponnya di hari Minggu.Â