Ternyata bukan hanya vitamin C, tetapi juga obat sulfa dan penesilin. "Apa-apaan ini, bukankah  obat-obat itu harus dengan resep dokter?" sengitnya kepada seorang pemilik toko obat.
Pukul dua belas  Syafri sudah di kantor media dulu tempatnya kerja dan membuat laporan pertama.  Jaka Gumelar tampak duduk lesu dengan mesin tiknya. "Aku khawatir nanti seperti beras, gula ada spekulan yang bermain."
"Ya, militer turun lagi dong! Dr. Admiral sudah berikan pernyataan?" tanya pada Jaka.
"Sudah? Dia bilang wabah ini justru di bawah dari Medan, mereka yang tinggal di Asmara Cipaganti pada tertular, malah sejak 8 Mei. Bukan hanya Bandung, tetapi juga Medan, Makassar, Sumatera Barat,"
"Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung  Dokter Admiral Surasetja sepertinya sgera tanggap. Dia bertindak cepat. Mengapa tidak bisa mencegah orang ke luar masuk?"
"Tidak bisa begitu Bung Syafri, influenza belum termasuk epidemi yang ada ordonasinya." Kata Agung rekannya yang lain." Hanya saja aku khawatir akan merebaknya ke banyak kota seperti yang pernah terjadi  di Spanyol pada 1918."
Seorang reporter Nuke tiba-tiba masuk. "Kang Jaka! Â Ada sumber di militer ceritaKomando Militer Kota Besar Bandung akan terlibat melakukan razia."
"Waah! Itu artinya sudah dapat perhatian besar," kata Syafri.
Syafri sudah selesai membuat laporan, dia ingin ke rumah orangtuanya dulu.  Dia terkejut  Daus ternyata panas badannya dan berkurung di kamarnya.  Ibunya tampak cemas.
"Abang kau ini bandel! Oh, ya, Azrul  kemarin telepon dia bilang di Medan juga gawat."
Dari Daus yang bercerita dari balik pintu Syafri dapat kabar bahwa ia bertemu teman-temannya dari Aceh di Bandung minggu lalu. Rupanya ada yang dari Medan menularkan flu kepada mereka yang hadir.Â