Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome, Episode Berdansa di Kota Romantis Bagian Dua

16 Juni 2024   15:04 Diperbarui: 16 Juni 2024   15:12 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bon Jour Monsieur! Que tu fait dans Kampoeng Naga?" sapaku pada turis Pranci situ setibanya di Kampung Naga. Kami berdua menurunilebih dari 400 anak tangga. Aku mengajaknya dengan bahasa Prancis apa adanya.

"Je suis Photographer Pour a project," jawabnya. "Tu es Journaliste Monsieur?"

"Oui," jawabku. Dia kemudian berkeliling. Kalau aku memilih wawancara.

Aku bertemu Pak Endut pemandu Kampung Naga.  Dia menjelaskan terdapat  113 bangunan dalam areal 1,5 hektar  dan didiami 315 jiwa. 

"Bangunan menghadap ke Timur dan membelakangi Barat, karena matahari terbit dari Timur," kata Pak Endut. "Aturan lain satu bangunan tidak boleh didiami oleh dua kepala keluarga."

Kalau penduduk melebihi ketentuan, maka harus ada yang pindah desa-desa  ke seberang Sungai Ciwulan.

Rumah panggungnya khas beratap ijuk atau dengan daun tepus, dindingnya kayu atau bambu yang tidak boleh menggunakan cat dna hanya menggunakan kapur.  Bangunan ini tahan gempa dengan luas  ada yang 5 x 6 meter, 8 x 8 meter atau 9 x 9 meter.  Tinggi bangunan antara 8 hingga 10 meter.

Di dalam perkampungan ada balai pertemuan dan rumah adat, tanah lapang  berhadapan dengan masjid dengan dua tempat wudhu. Ada bangunan untuk berjualan cendera mata untuk wisatawan yang berkunjung.

Aku masuk Rumah Pak Endut terdapat tiga kamar, tidak ada listrik, tetapi untuk menyalakan televisi dia menggunakan aki.  Ruang tamu lesehan.

"Ada hutan larangan. Ada aturan ranting jatuh pun harus dibiarkan untuk menjaga keseimbangan. Pohon tidak boleh dirusak. Itu sebabnya Kampung Naga tidak pernah longsor dan mengalami kekeringan," tutur Pak Endut.

Aku kira aturan menjaga harmonisasi dengan alam ini juga dilakukan di kampung adat lain di tatar Sunda. Sayang keserakahan kerap memenangkan pertarungan dengan mereka yang menjaga keseimbangan dengan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun