"Assalamulaikum!" sapa dia.
"Walaikumsalam!" jawabku. Â
Lalu aku memesan batagor setengah  porsi dan duduk  berhadapan.Â
"Aku melihat Abang tadi di seputaran Kiara 21, mencari apa?" tanyanya.
"Kalian kok tahu. Kalian  melihat?"
"Kami di belakang Abang atuuh."
Mukaku merah padam.
"Kemarin malam di angkot cara melihatnya jangan begitu Bang!"
Aku menunduk.
Dia tersenyum. "Mau kenalan?"  Dia menyebut namanya "R", 18 tahun,  mahasiswi  tahun pertama Fakultas Psikologi, sebuah universitas di Bandung. Kami mengobrol tanpa sekalipun bersalaman.  Tetapi dia menampik memberikan alamat yang aku minta. Aku menyebutnya sebagai sebagai jurnalis di sebuah media online.
"Kalau main ke Bandung, sering ke masjid di sini saja atuh, setiap Asar pulang kuliah aku ke sini kok," katanya.