Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dua Pendatang Misterius Dua Belas

9 Februari 2024   18:41 Diperbarui: 9 Februari 2024   18:42 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua Belas

Ekspansi Klonning: Solusi Cinta

Ganang Wicaksono  tidak terlambat masuk rapat redaksi.  Rekan-rekan yang laki-laki memberikan tepuk tangan, apalagi Korlip Mat Setiawan mengacungkan jempol.  Laporan dia soal tenggelamnya Cruiser Romeo benar-benar basah, karena hanya Membaca Indonesia yang menulis lengkap dan dramatis. Tentunya tanpa serangan vampir

Laporannya dibantu oleh Katrina yang menguasai pikirannya lewat telepati terkait  detil soal kapan tsunami berlangsung dan apa yang dirasakan dan bagaimana menyelamatkan diri.  Ganang sadar walau masih duduk di bangku SMK Katrina cerdas bukan main. Tulisannya akurat benar membawa pembaca seolah-olah berada dalam bencana itu.  

Katrina dan semua yang menyerupainya mampu menghapus sebagian ingatan para wartawan yang selamat agar laporan mereka tidak seakurat Ganang.  Sementara para saksi lain traumatis.

"Ini laporan yang terbaik kamu!" puji Mat Setiawan. "Kamu dapat pujian dari Basarnas sebagai wartawan yang bermental baja, wartawan lain traumatis bikin laporannya dangkal. Bahkan laporanmu dikutip sebagian besar nasional dan media internasional."

Bahkan kemarin malam Ganang bersama Katrina masuk talkshow di televisi dan menjawab dengan tenang. Tentunya pikiran Katrina bisa membuat Ganang tenang menjawab pertanyaan anchor yang terkenal tajam. 

"Wah, tulisan kamu viewernya melejit sampai satu juta hingga hari ini dan viral. Masih running sampai seminggu ini.  Kami memutuskan memberikan kamu bonus satu bulan gaji," kata Redpel.

Lain halnya dengan pendapat redaksi cewek. Fotografer Rahmi misalnya nyeletuk. "Pengalaman tidur sama anak SMA itu kok nggak masuk cerita ya? Oh, ya soal pribadi. Lagian talkshow kemarin sudah cukup menjawab kok. Si Cewek bilang dia banyak dibantu kamu buat laporan tugas pariwisata  di kamar kamu semalaman."

"Kenalin dong sama kita-kita!" kata Mukhlis Yahya salah seorang redaktur.

"Iya,"  ucap Urip, reporter yang dekat dengannya. "Lalu Helena cantik itu bagaimana? Oper ke gue dong!

Ganang merasa tidak menjadi pahlawan atau mendapat pujian.  Dia baru saja dapat WA Helena dua kata: Bye Bye.  Dia merasa sakit hatinya Helena yang juga berapa kali diajaknya check in.

Hanya saja satu tidak diketahui dia. Katrina mengunjungi Helena di rumahnya dan memperlihatkan video hubungan badannya dengan Ganang.  Gambar yang diambil tanpa setahu Ganang dengan teknologi yang tidak ada di Bumi tetapi bisa dianggap rekaman di ponsel.

Baca: Dua Pendatang Misterius Sebelas 

Mereka tidak tahu di ruang rapat ada Katrina yang hadir dengan baju kamuflase.  Dia mendengarkan dengan seksama setiap celetukan.

Sore harinya Urip hendak berangkat liputan acara fashion show. Liputan yang dibencinya.  Baru saja dia mengeluarkan motornya seorang perempuan muda menunggu dengan mata berkaca-kaca. Dia bagai melihat bidadari.

"Mas Urip, ya? Aku Helena ingat nggak mantannya Ganang. Aku juga kerja di salah satu brand yang ikut fashion show, telat nih. Numpang,ya?"

Urip merasa mendapat durian runtuh. Apalagi Helena memakai celana dan baju ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang membuatnya menelan air liur.  Dia mengangguk.

"Aku pulang malam temenin sekalian ya? Tungguin," katanya.

Urip memberikan helem kedua kepada Helena.  Ganang keluar dan terperanjat melihat Helena sudah dibonceng Urip melambaikan tangannya.

Ganang cemburu, tetapi ada yang mencubitnya, Katrina yang tahu-tahu sudah di sampingnya. "Kan sudah dapat masing-masing apa yang diinginkan."

Rahmi dan berapa wartawan lain terperangah meihat rupa Katrina. Mereka berbisik-bisik: Mirip dengan Sundari.

"Hoii Luh ngebet ya sama Sundari?Mesum sama teman sendiri!" teriak Rahmi.

Ganang pasrah. Apalagi Katrina pakai celana pendek dan ransel. "Anterin aku ke Bandung. Kita nginap semalam di apartemen milik temanku yang lagi tidak ditempati. Besok aku pulang sendiri ke Tasikmalaya."

Ganang tidak bisa menolak. Apalagi Mat Setiawan memberikannya amplop tebal sebagai ongkos bonus satu bulan gaji.

Mereka naik travel dekat kantor gratis lagi karena ada voucher barter.   Ganang merasa bahagia melirik tubuh gadis remaja yang melebih fantasi seksualnya. 

Shuttle travel itu diikuti oleh sebuah jip berisi tiga orang preman yang tidak senang atas salah satu laporan Ganang yang mengungkapkan bisnis judi di Jakarta.  Walau itu tugas dari  Mat Setiawan. 

Masalah para preman bukan Ganang, tetapi yang di sebelahnya yang bisa membaca bahaya dari radius hingga tiga kilometer sekaligus merasuki pikiran orang.

Para preman itu berencana menghajar Ganang di KM 88 rest area.  Mereka nggak sadar bahwa John, yang menjadi supir tiba-tiba kehilangan konsentrasi ketika ngebut di Tol Cikampek. Ada yang memasuki pikirannya merasa dirinya di arena balap.

Jipnya menabrak sebuah jip lain yang berplat hijau dan keduanya sama-sama keluar jalan dan masuk sawah begitu kerasnya.

Teman-temannya baru sadar.

"Apa yang luh lakukan, John? Waduh!" kata salah seorang rekannya yang terpaksa keluar.

Penumpang dari jip itu ada empat orang badannya juga besar-besar, tegap dan rambutnya cepak menghampiri mereka.  Seorang di antaranya kepalanya berdarah kena pecahan kaca.

Entah apa yang terjadi, yang jelas misi John dan kawan-kawan pasti gagal.  Karena tak lama kemudian satu truk berhenti dan puluhan orang berbadan tegap berloncatan. Rupanya mereka konvoi.  Terbukti ada satu truk lagi berhenti dan puluhan orang turun mengepung mereka.

Salah seorangrekan John  mengambil ponsel dan ingin menghubungi bosnya. Tetapi salah satu penumpang di jip memintanya mematikan ponselnya. "Ikut kami!"

                                                                                                ***

Di kawasan Dipati Ukur, Adinda menunggu shuttle travel itu sambil meneusri jalan memegang ponselnya.  Dia tahu Katrina dan Ganang nyaris dalam kesulitan melalui kontak telepati.

Pembuntut tidak akan ke Bandung bahkan mungkin tidak bisa menyentuh Ganang. Pasalnya mereka dan juga bosnya dalam kesulitan besar.  Salah seorang penumpang jip yang ditabrak terluka parah dan harus dioperasi. 

Adinda tersenyum. Lalu mengirim WA kepada Ganang.

Ditunggu di Bandung.

Aku nggak sabar ingin dengar cerita Aa Ganang bersama  sosok mirip Ibu saya.

Adinda tidak sadar ada yang mengincar ponselnya dua orang berboncengan. Tetapi begitu mereka mau menyentuh, seorang laki-laki mendorong Adinda dan menendang motor itu.

"Kalau ketemu Awas!" teriak yang dibonceng sambil lari.

"Mati pun aku nggak apa-apa," kata laki-laki usia 40 tahunan itu.

Adinda sebetulnya bisa menghajar keduanya tetapi dia senang laki-laki itu menyelamatkannya.

"Kenapa ingin mati melindungi orang lain?"

Laki-laki itu tidak menjawab. Tetapi Adinda bisa membaca pikirannya. Patah hati. Dighosting. Lalu ingin bunuh diri besok di atas bukit.

Laki-laki itu tidak ingin berkenalan dengan Adinda.  Dia malah masuk  ke warung makan kaki lima makan lontong kari ayam.   Tahu-tahu Adinda duduk di sebelahnya.

"Seperti apa ceweknya? Umur berapa?"

"30 tahunan, dia kemudian memperlihatkan foto cewek itu. Namanya Camelia, aku jatuh cinta pada dia, orang Malang, " ucapnya.

"Beda jauh ya?"

Adinda menyerap informasi sebanyak mungkin tentang cewek itu.  Lalu dia mengontak Hiyang dengan telepati.

Masih ada stok kan? Bisa buat seperti ini, ada orang kita di Malang?  Sambil sampel DNA-nya, bawa ke Bandung mala mini. Lalu kirimkan untuk laki-laki ini. Dia baik pada aku.

Adinda mengirim semua data tentang cewek itu dengan detil. Dia bisa mengakses Google.  

Malam itu juga di Malang, Camelia sedang berjalan bersama kawan-kawannya di trotoar Jalan Basuki Rahmat.  Seorang perempuan usia 18 tahun menubruknya dan kulit tangannya tergores ujung penanya yang cukup tajam.

"Maaf Mbak, aku melamun," kata cewek itu kepada Camelia sambil memungut buku-bukunya.

"Ngerjain tugas kuliah ya?" kata Camelia ramah. "Nggak apa-apa, jenengan juga nggak apa-apa kan?"

"Matur suwun!" kata cewek itu sambil berlalu. 

Camelia menggeleng kepala. "Aku ingin waktu kuliah dulu, repotnya seperti itu?"

"Kamu luka loh ?"

"Nggak apa kecil sih," jawab Camelia sambil mengusap darah di lengannya.

Sementara ke arah utara cewek itu mengambil darah dan kulit kecil Camelia, memasukan ke tabung.

Dapatkan DNA cewek itu, sekaligus contoh suaranya. Segera dikirim. Dia memasukannya ke dalam drone kecil berbentuk lebah yang langsung melesat dengan kecepatan tinggi.

Di Bandung, Adinda tersenyum menghibur laki-laki itu tanpa menghakimi.  "Abang dapat penggantinya kok yang seperti dia. Tetapi Abang serius ya, dia akan sayang sama Abang!"

Laki-laki itu merasa damai. Tetapi dia tidak mengerti maksudnya. Mendapat pengganti seperti dia? Seperti Camelia?

Ketika menoleh Adinda sudah menghilang. Dia pun pulang ke hotel backpacker karena merasa mengantuk dan pesan ojek online. Adinda sudah menggoreskan obat tidur di kulitnya.

Malam ini juga Ganang turun dari shuttlenya bersama Katrina.  Dia pucat sekali ketika disambut Adinda menyalami mereka.   Keduanya mirip.

"Bagaimana bisa?" tanya Ganang.

"Ada saja. Kalau ada penggemar ibu saya yang lain, juga bisa dikirim ke dia."

 Katrina menggandeng tangan Ganang. Keduanya sama-sama pakai tas ransel.

"Kami mau ke apartemen teman aku?" kata Katrina.

Adinda tersenyum. Dia kontak telepati dengan Katrina.  Yang kamu maksud markas kita kan? Buat dia senang malam ini.

Mereka kemudian minum kopi bersama.  Tak lama kemudian mobil kijang keluarga Adinda menjemput dengan supir.

"Aku antar," kata Adinda.

                                                                            ***

Backpacker hotel di Pasir Kliki.  Laki-laki itu terbangun di tempat tidurnya dan mendapatkan jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Terlalu siang ke Lembang. Lagi pula kantornya meminta segera ke Jakarta.  Di depan hotelnya sudah ada mobil yang menunggu dengan rekannya yang mengemudi.

"Ada rapat mendadak sore ini," kata rekannya.

Sejam kemudian mobil mereka sudah melaju di Cipularang. Laki-laki itu masih mengantuk dan melupakan agendanya.   Sore di Jakarta, sebuah kantor NGO dan lembaga riset sudah banyak orang berkumpul.

"Nah Mas Irwan anda kan spesialis lingkungan hidup," ujar salah seorang atasannya mengajaknya masuk. "Kita dapat kerja sama dari NGO asing yang tetarik dengan tulisan Anda soal tentang berkurangnya mata air di sejumlah daerah di Indonesia akibat ekspansif pariwisata."

NGO asing? Masih mengantuk Irwan memasuki ruangan yang sudah banyak orang, termasuk berapa orang asing.  Tetapi yang menarik perhatiannya ada seorang perempuan muda usia kira-kira  18 tahun mirip sekali dengan Camelia, perempuan yang dicintainya. Kecuali usia yang jauh lebih muda, ayu, matanya tajam,  tubuhnya persis dengan kulit hitam.

"Ini dari NGO juga?" tanyanya.

"Nggak," jawab Mahmud Siregar atasannya. "Dia yang akan membantumu di Jawa Timur nanti, mahasiswa Fakultas Pertanian Unibraw, dia juga khawatir kalau air di daerahnya raib. Mister Hubert rekomendasikan dia!"

Walau masih bingung, Irwan menghampirinya jantungnya berdegub kencang.

"Aku Irwan Fahrial," katanya memperkenalkan diri.

"Ayu Sanggramawijaya Kilisuci," gadis itu berdiri dengan logat Jawa Timur yang kental menyalaminya dengan hangat. Suaranya sama persis dengan Camelia.

Dia merasa ada bidadari turun langsung dari langit menghiburnya.

"Keren namanya? Dipanggil?"

"Ayu," katanya.

"Kapan sampai Yu?"

Tetapi di kepalanya ada pikiran masuk. Khusus untuk Mas boleh panggil aku Kili. Tetapi private kita berdua loh.

Irwan merasa dapat privillage.

"Nggak lama dari Mas Irwan, aku juga dari Bandung sedang berlibur dapat kontak dari Mister Hubert untuk segera kemari," katanya.

Diskusi sampai larut malam dan makan malam. Diputuskan tugas pertama Irwan  ke Jawa Timur bersama berapa anggota NGO dan Ayu meninjau keadaan di Gunung Arjuno.

Irwan ingin menginap di kantor. Tetapi Huberth meminta dia mengantar Ayu ke hotel bintang tiga yang mereka pesan di kawasan Jakarta Pusat dengan taksi daring. Bahkan Irwan dipesankan kamar karena anak itu dinilai belum tahu Jakarta.

Masih bingung dengan apa yang terjadi, Irwan menurut.  Dia mendapat kamar 302. Entah Ayu di mana. Dia tidak ingin tahu.  Dia baru saja selesai mandi, ketika pintu kamarnya diketuk. Ayu berdiri dengan tasnya.

"Aku takut tidur sendiri," katanya sambil menatap tajam mata Irwan yang terhipnotis. Mata yang membuatnya suka pada Camelia.

Irwan masih bingung, yang jelas malam itu merasa dilayani bidadari yang baru dikenalnya.

                                                                                             ***

Besok, paginya Camelia di Malang terperanjat mendapatkan kiriman video dari nomor tak dikenal yang berisi seorang perempuan yang serupa dirinya waktu usia remaja hanya menutup tubuh  dengan selimut sambil menunjuk Irwan yang terlelap juga terbungkus selimut.

"Dia milik aku sekarang Mbak, kita sudah kawin.  Jenengan nggak akan diganggu lagi. Aku janji. Tadinya dia menyebut nama Mbak Camelia pada babak pertama, tetapi babak kedua dia nyebut namaku Kili ketika dia klimaks!" kata perempuan itu blak-blakan sambil tertawa cekikan.

"Sopo kamu! Ya, video dan nomornya terhapus otomatis," Camelia menggerutu.

Camelia membuka blokir untuk nomor Irwan dan menchat WA-nya mengkonfirmasi soal ini.

Mas Irwan masih tidur. Jenengan penasaran, ya? Itu jawaban WA-nya.

Mau dikirimin video jelasnya?

Camelia terkejut. "Juanjuk!" gumamnya setelah melihat video yang dikirimkan perempuan itu yang membuatnya panas dingin.

Dia juga heran bagaimana Irwan tidak tahu direkam.  Dan rekamannya pun hilang. "Kok bisa mirip aku sih, sopo kamu!!!"

Ada chat dengan nomor tidak dikenal.

Malaikat Keadilan 

Sejak itu Irwan tidak menghubungi dia lagi  (Bersambung)

Irvan Sjafari

Sumber Foto:  Medium  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun