Iskandar terperanjat. "Kok kamu tahu? Â Lalu hubunganmu dengan Teteh Emma, kamu kos di sana?"
Adinda memberi isyarat pada Ananda untuk mendekatinya. Lalu dia menghidupkan video call.Â
Iskandar merasa mau pingsan, karena rupa mereka mirip Rivai dan Sundari.
"Nanti kami jelaskan di kantor Kang Iskandar, tadinya Teteh Emma juga terkejut kok. Jangan lupa bawa Aa Ganang, harga mati!" Adinda tegas.
Menit itu juga Iskandar menghubungi Pimred di Jakarta dan memaksa Ganang sore itu juga ke Bandung untuk mewawancarai cewek SMA geulis soal bentrokan di Punclut.Â
"Jangan terlambat! Tumben ada cewek yang minta diwawancarai oleh kamu. Biasanya kamu yang sosor!" Iskandar sebetulnya kurang suka.
Tentu saja dia mau.
Dinda mengontak Lila untuk ikut bicara  dengan jaminan identitas dia tidak akan dibuka. Sebetulnya dia meminta Iptu Dedi Dhambudi untuk mengontak Iskandar.
"Malam ini pukul delapan malam di Kantor Biro Jawa Barat Membaca Indonesia, kamu jemput Lila. Roby menemani aku," ucap Adinda.
Nanda mengiyakan.
"Bakal menjadi perang terbuka, tetapi bagaimana pun mereka cari kita," sela Roby.