Pembicaraan putus, ketika Yura dan Kanaya  menghampiri mereka.
"Kak Kanaya dan aku tadi melihat  ada yang meneropong kita dari balik pohon-pohon sana!"
"Main teropong-teropongan nih, kita melihat, ayo lambaikan tangan...sepertinya aku kenal waktu serangan di Balai Kota!" timpal Kanaya melambaikan tangan.
Raya menyambar teropong. "Weleeeh, mereka lagi! Kumpeni!"
Sono menghambur mengambil senapan. Lalu dia meniup terompet kerang untuk memberitahu Aurora. "Saya suka membaca sejarah Bumi dan kerap berkhayal bertempur melawan kumpeni yang menyebalkan. Akhirnya terwujud!"
Gadis itu langsung ke luar danau dari berlari ke pondok, juga Farid dan Zia.  Sementara Purbaendah dan Bagus masih berenang.  Mereka belum  menyadari apa yang terjadi karena berenang cukup jauh.
Pakaian mereka dan senjata di bawah dalam ransel yang dilindungi perisai. Begitu juga Subarja berjalan memutari danau mengawasi junjungannya, tidak tahu.
Pasukan VGC menyerang dari udara dan dari daratan melepas tembakan paser. Para peserta kemah berlarian berlindung ke bukit di belakang pondok, para serdadu Nusanatara membalas tembakan. Â Baku tembak terjadi.
"Cepat ke belakang pohon-pohon di bukit!" teriak Sono.
"Sialan. Mereka tidak lagi langsung  dari udara, tetapi dari kota menyamar naik ke hutan!" Kata Kapten Daud.
"Aduh, Bagus dan Purbaendah lagi kasmaran ada di mana posisinya? Subarja juga," Kata Raya.