Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali (7, Pertempuran di Ranu Kumbolo)

4 Mei 2022   22:55 Diperbarui: 4 Mei 2022   22:59 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Irvan Sjafari.

Tujuh:   Pertempuran di Ranu Kumbolo                 

Pemerintah Kota Mahameru membangun replika Ranu Kumbolo dengan akurasi 70 persen dengan luas danau buatan  25 hektare  dan daratan mengitarinya sekitar 25 hektare di atas ketinggian dua ribu meter di atas permukaan laut. 

Bedanya adalah  ada hamparan bunga lavender di kawasan yang disebut Oro-oro Dompo, mengganti bunga verbena yang di Semeru Bumi. Tanaman verbena  konon dituding jadi parasit, tentunya ada hamparan sabana  dan pohon cemara.

Untuk mencapai kawasan Ranu Kumbolo pengunjung mendaki bukit buatan dengan keterjalan 45 derajat sepanjang dua kilometer dari jalan Kota Mahameru. Kalau pengunjung mau hiking lagi dari Ranu Kumbolo ke Oro-oro Dompo ada tanjakan cinta buatan menuju jalan atas.  Dari Ranu Kumbolo ini saja sudah  tampak pemandangan puncak Kota Mahameru.

"Gila! Gila! Gila! Yang buat tempat perkemahan ini!" seru Bagus kagum.

Dia bersama Purbaendah memutuskan naik dengan berjalan kaki membawa ransel seolah mendaki gunung benaran. Begitu juga Zia, membawa Farid, Kanaya, Yura walau hanya butuh sejam untuk sampai ke Ranu Kumbolo. Awak dari Manuk Dadali tidak ada yang pakai sepeda Maurizia. Mereka ingin merasakan sensasi mendaki.

Namun semua awak membawa perisai yang pemicunya disembunyikan di pinggang dan senjata high voltase pendek. Purbaendah dan Raya membawa cambuk api.

Hanya Letnan Robin dan Subarja yang membawa senapan high voltase.  Kapten Daud membawa sembilan serdadunya membawa senapan api.

Cynthia ikut bersama Ciciek yang membawa dua robotnya N154 dan T3.  Robot Lutung Kasarung  juga ikut namun dia bergerak dari cemara hingga cemara.  

Sebetulnya ada perkemahan satu sekolah menengah di tepi Ranu Kumbolo. Alvin Ma ingin menyuruh mereka turun setelah insiden di Balai Kota. Tetapi dewan bilang tidak. Jangan bikin panik masyarakat.

Kapten Daud menyuruh satu regu serdadu untuk terbang dengan kendaraan parasut buatan pabrik Alvin Ma. Kehadiran mereka berputar di atas danau menjadi atraksi bagi dua puluh siswa dan siswi.

Pria bernama Sono sudah menunggu di tepi danau sambil melepas bebek-bebek peliharaaanya berenang di atas danau-danau.  Rambutnya gondrong dan sudah memanjang hingga setengah punggung.

"Aku sudah menduga mereka akan datang ke Mahameru," ujar Sono." Tapi otoritas tidak mengindahkan peringatanku, terutama yang namanya Teguh Sumarto."

"Apa yang mereka cari Mas Sono?" tanya Raya.

Sono menoleh dan melihat Farid. "Ini anak koncoku, Vina. Dia kerap kirim gambar anaknya. Aku ikut sedih Leh!" Sono membelai rambut Farid.

Lalu dia mengajak para tamunya ke pondoknya lima ratus meter dari tempat perkemahan. Di sana dia melanjutkan oborolannya.

"Selain anak itu, saya  juga punya peta menuju Pulau Betree, sekitar  lima ratus kilometer dari timur Kejora  di luar wilayah Nusantara.  Di sana ada jenis QQ yang lain, yang dipercaya paling ampuh untuk melakukan regenerasi fisik manusia. Tetapi risikonya kalau tidak dicampur ramuan yang ditemukan Vina, QQ itu jauh lebih berbahaya dari QQ yang kita kenal karena otak manusia juga digenerasi alias kosong sama sekali. Itu sebabnya aku tidak mau QQ jenis itu sampai beredar."

"Pantas Anda bungkam," celetuk Kapten Hadi.

"Kalau buka kebenaran akan kematian Greg di media maka yang datang bencana. Kelompok seperti Lanun Hitam akan banyak," ujarnya khawatir.

Pulau Betree.  Ke sana lagi atau Pulau Farid?"

"Nah, Pulau Farid lebih ke timur lagi.  Di sana bukan jenis lain dari QQ itu, tetapi juga mineral energi yang lebih akurat  dari energi berwarna orange itu.  Belum dijamah manusia. Tetapi  Vina membawanya ke Joshua Kwik yang akan menelitinya."

"Pret, pantas Kumpeni VGC punya traget yang lebih luas dan serakah,"  ucap Raya.  

 Hanya saja Pulau Betree, apalagi Pulau Farid, selain jauh  di luar Nusantara, juga daerah berbahaya. Ada desas-desus mahluk asing menculik manusia entah untuk apa?"

"Saya juga sering mendengar cerita itu!"

Lalu Raya makin mendekati Sono.

"Siapa yang membunuh tunanganku, Mas?" Suaranya getir,

"Mujitaba.  Tunanganmu ditikam di tenguknya dengan belati atas perintah Mas Slamet. Cuma kalian nggak punya bukti, kan bahwa Mas Slamet terlibat? Yang punya bukti adalah  bekas penyanyi di Selecta bernama Widi Handayani."

"Tunggu! Aku tahu soal Widi  ini dikabarkan hilang dengan parasutnya  dari Mahameru," tanya Kapten Daud. "Tujuh tahun lalu?"

Sono tersenyum. "Tidak Kapten. Dia saya sembunyikan di pemukiman para siren."

"Ah, kalian bisa berkomunikasi dengan para siren?"

"Surprise! Para siren itu menangkap para lelaki untuk dikawinkan oleh mereka untuk menghasilkan persilangan manusia siren yang bisa bernafas di air dan di darat sekaligus. "

"Ah, benar nih! Apa laki-lakinya mau berhubungan seks dengan mahluk itu?"

"Para siren bisa mengubah bentuknya sesuai perempuan yang dinginkan laki-laki tu. Mau jadi siapa saja bisa sesuai fantasinya. Mereka punya wangi memabukan dan meningkatkan berahi, memicut libido" ucap Sono santai.

"Kau juga punya anak dari mereka?"

Sono mengangguk.  "Harusnya aku nggak dilepas, tetapi yang aku kawini kebetulan Ratu Siren. Pandai-pandailah bernegosiasi. Sudah banyak yang dilepas kok. Namun hanya beberapa mau kembali ke peradaban dengan pura-pura tidak tahu. Sebagian lagi menjadi petualang. 

Para siren ini suka kawin antar spesies, karena jantan mereka hanya satu-satu.  Mereka butuh untuk bisa punya anak. Manusia yang paling tepat. Mereka tahu bahwa mereka perlu evolusi. Keturunanmanusia dan siren bisa hidup di dua alam.  Oh, ya anak-anak manusia dengan Siren sudah banyak remaja.  Mereka sudah ingin menjelajahi daratan planet ini."

"Itu kan melanggar etika kemanusian?" kecam Cynthia.

"Sejak Adam dan Hawa turun dari surga ke Bumi, etika mana yang tidak dilanggar manusia, kawan? Selalu ada kan? Bagi yang kawin dengan siren merasa kawin antar dua manusia berlainan jenis? Merasa dosa? Negeri itu ada penghulu juga kok! Kalau mau yang pakai pendeta juga boleh!  Kebetulan ada manusia yang berlindung di negeri siren ada yang tahu soal kitab suci, dari agama manapun. Bukankah sewaktu manusia ada di Bumi   banyak aturan yang diakali, kalau mau dibilang tidak melanggar secara formal."

"Bangsat kalian! Sudah melangar etika, pakai seremoni ritual!" seru Cynthia kencang, tetapi kemudian tertawa.

"Uuf, ada yang berfantasi dengan Anda ketika masih muda. Dia perlihatkan gambar Anda pada siren itu dan jadilah, ingat siren itu awet muda karena mengkonsumsi QQ dan buas berhubungan seks," celetuk Sono dengan santai.

Cynthia memerah."Siapa? Oh, ya, aku ingat, penggemar aku waktu kuliah. Penyair itu namanya Micky... ya, aku tolak mentah-mentah dulu!"

"Iya, betul itu Micky. Dia tinggal di sana."

Cynthia merengut. "Bagi Micky aku tetap Cynthia yang 20 tahunan ya? Padahal aslinya ibu dari dua anak." 

Dia kemudian tertawa lebar. "Suka-suka Micky lah!"

"Untung aku nggak besar di planet ini,"  celetuk Kanaya."Aku tidak suka difoto."

"Siren nggak butuh visual fisik. Dari pikiran manusia saja mereka bisa apa maunya. Jadi kalau ada laki-laki penggemar kamu tertangkap mereka dan ingin dikawinin, Siren tinggal mengubah wujud jadi kamu, akurasi 99%," terang Sono.

Kanaya hanya  tersenyum.

"Jadi kau punya anak dari Siren itu?"

"Tiga, satu tinggal di dalam danau itu. Sedang tidur. Hanya keluar kalau malam hari. Tapi kadang-kadang dia berkeliaran lazimnya manusia di kota ini. Seperti main petak umpet."

"Pantas kau mengasingkan diri di sini."

"Kembali ke Greg, yang bunuh bunda anak itu sudah jelas motifnya."

"Oh, ya yang berebut QQ itu bukan hanya manusia dan para siren, tetapi ada juga mahluk penculik manusia itu. Cuma belum tahu untuk apa? Mungkin mereka butuh usia panjang juga?"

Sementara Zia terpaksa menemani Farid bermain dengan bebek-bebek di tepi danau.  Kapten Daud sekali-sekali mengawasinya?

"Hebat sekali anakmu, bisa di dalam air tawar, air laut,  yang kau bawa kemari namanya siapa?"

"Aurora," jawab Sono.

"Perempuan. Tuh, dia kini sedang bermain dengan Farid. Dia terbangun melihat ada anak sebayanya."

Raya dan Cynthia menoleh. Anak perempuan  sebaya Farid duduk di tepi danau dengan pakaian renang.  Mereka sama-sama memberi makan bebek-bebek dengan ikan kecil.  Mereka tidak jauh dari para remaja peserta kemah dengan akivitasnya.

"Sudah seperti manusia benar?"

"Kasat mata iya.."

Pondok itu terdiri dua lantai terbuat dari kayu.  Sono mengajak para tamunya ke atas, namun yang ikut hanya Raya , Cynthia. Yang lain di bawah menikmati pemandangan. Purbaendah malah mengajak Bagus untuk ikut berenang.  Terpaksalah Subarja ikut mengawal junjungannya dari tepi danau.  Matanya begitu awas melihat sekeliling.

Sementara anak buah Kapten Daud juga menyebar di sekitar danau.  Begitu juga Letnan Robin.

Hanya ada ada satu orang di dekat pondok. Kanaya dan Yura akhirnya ikut ke atas. Sono menyuguhkan tahu pong yang panas baru digoreng Bayu rekannya. Sebagian di bawah dan sebagian di atas.

Kanaya  dan Yura melihat dengan teropong yang bisa melihat jarak jauh, bukan ke udara, tetapi ke arah hutan pinus. Tidak begitu menyimak obrolan.

"Kedua anak muda itu agak bermasalah ya? Tidak terlalu suka bersosialisasi?" bisik Sono pada Raya.

"Betul. Dua-duanya benci sama orang berkulit putih bahkan yang dianggap asing, pasalnya dianggap merampas hidup mereka. Dua-duanya besar di Bumi," Jawab Raya. "Nenek mereka dari koloni manusia di planet lain."

"Nggak sepenuhnya salah sih. Pada sejarah Bumi berapa peradaban yang musnah karena orang Eropa, suku-suku Indian di Amerika, dianggap aneh, tidak beradap, suku-suku di Afrika, bahkan orang Maori. Mereka dulu unggul karena teknologi dan persenjataan, sampai kemudian orang Jepang, Tiongkok dan kemudian Indonesia mampu menyusulnya, bukan? Mungkin di masa antar planet ini sudah seimbang," papar Sono.

"Revisi sedikit, oknum kulit putih!"

"Ah itu lebih tepat. Bukankah dalam sejarah semua petaka karena oknum manusia," timpal Sono.

"Senasib.  Oh, ya, kalian dari Bumi? Kamu juga Raya?" katanya lagi.

Raya mengangguk. "Saya terdampar ke sana. Aku pikir kau tahu?"

"Nggak. Itu yang berenang dari..."

"Yang laki dari Titanium dan istrinya itu dari Bumi. Yang hijab itu dari Titanium..."

"Lah yang hilir mudik mengawasi suami istri itu.."

"Itu pengawalnya istrinya. Mereka pernah hidup ala  zaman kerajaan kuno. Bumi sudah remuk dan butuh kita untuk bangun lagi Mas Sono!"

"Setia sekali. Rela hilir mudik."

"Ada satu lagi masih di Tanjung Jakarta."

Pembicaraan putus, ketika Yura dan Kanaya  menghampiri mereka.

"Kak Kanaya dan aku tadi melihat  ada yang meneropong kita dari balik pohon-pohon sana!"

"Main teropong-teropongan nih, kita melihat, ayo lambaikan tangan...sepertinya aku kenal waktu serangan di Balai Kota!" timpal Kanaya melambaikan tangan.

Raya menyambar teropong. "Weleeeh, mereka lagi! Kumpeni!"

Sono menghambur mengambil senapan. Lalu dia meniup terompet kerang untuk memberitahu Aurora. "Saya suka membaca sejarah Bumi dan kerap berkhayal bertempur melawan kumpeni yang menyebalkan. Akhirnya terwujud!"

Gadis itu langsung ke luar danau dari berlari ke pondok, juga Farid dan Zia.  Sementara Purbaendah dan Bagus masih berenang.   Mereka belum  menyadari apa yang terjadi karena berenang cukup jauh.

Pakaian mereka dan senjata di bawah dalam ransel yang dilindungi perisai. Begitu juga Subarja berjalan memutari danau mengawasi junjungannya, tidak tahu.

Pasukan VGC menyerang dari udara dan dari daratan melepas tembakan paser. Para peserta kemah berlarian berlindung ke bukit di belakang pondok, para serdadu Nusanatara membalas tembakan.  Baku tembak terjadi.

"Cepat ke belakang pohon-pohon di bukit!" teriak Sono.

"Sialan. Mereka tidak lagi langsung  dari udara, tetapi dari kota menyamar naik ke hutan!" Kata Kapten Daud.

"Aduh, Bagus dan Purbaendah lagi kasmaran ada di mana posisinya? Subarja juga," Kata Raya.

Zia menggunakan perisai begitu ada tembakan ke arahnya.  Seorang serdadu lawan kena tembakannya jatuh tersungkur. Tetapi anak buah Kapten Daud juga ada yang kena. Dia diseret temannya.  Bahkan pihak lawan sudah menggunakan roket menembak prajurit Daud yang masih di udara.

Kena dan jatuh ke tepi danau. Tapi sebuah robot dan seorang serdadu VGC juga  kena. Serdadu Nusantara yang ada di darat membalas  dan mampu menjatuhkan robot yang mulai terbang di atas danau hingga berlubang dan jatuh terhempas.

"Aduh, harus bersihkan danau lagi!" keluh Sono.

Sebuah robot lagi terbang sambil menembak hingga merusak pondok. Ketika melewati tepi danau, Robot Lutung Kasarung meloncat dari pohon menembakan  high voltase dan mmebuat robot korslet. Yang terbang  ke tanah robot.

Robot Lutung Kasarung menembak robot lainnya dengan high voltase hingga korslet lalu jatuh berantakan. Seorang prajurit lawan  yang baru saja mendarat terkena tembakan dua kali di dada dan roboh dengan tubuh hangus.

"Boleh juga robot Anda!" ujar Sono sambil menembak.

Pasukan lawan banyak memutari Ranu Kumbolo.  Pasukan Kapten Daud mulai terdesak. Apalagi dari atas ada sebuah pesawat asing melayangkan menerjunkan puluhan robot dan prajurit.  Pertempuran udara dimenangkan pasukan lawan, para serdadu Kapten Daud yang ada di parasut berjatuhan setelah pertempuran sengit.

Raya meminta Robot Lutung kasarung untuk menghindar menunggu kesempatan membebaskan mereka. Pondok sudah terkepung.  Banyak anak-anak yang berlindung membuat Kapten Daud memerintahkan menyerah. 

"Cakep! Harapan kita tinggal pada pasangan itu dan Subarja," kata Raya.

Seorang bule membuka topengnya dan menatap Kapten Daud, lalu Robin dengan tatapan tajam.

"Ik Overste Vermulen Kriger tidak pernah ingkar janji, ik akan tangkap kalian," ucapnya dengan nada tinggi.

"Di mana pasukan bantuan kita?" bisik Raya.

Kapten Daud memperlihatkan asap di Puncak Kota Mahameru tandanya ada pertempuran dan ada asap lain.

"Kota ini diserang dengan kekuatan besar," sahut Daud pasrah.

"Apa yang kalian inginkan?"

"Peta ke Beetree.  Ik orang yang suka terus terang," kata Vermeulen. "Mana anak itu?"

Raya tersenyum. Zia, Kanaya dan Yura  sudah membawa Farid menyelinap ke belakang pondok memasuki sisi hutan lain.  Ketiganya sebetulnya paling berbahaya.

"Vaandrig Kuffeller, You cari anak itu dan ketiga perempuan itu. Mereka  bisa sudah bikin susah kawan kita. Bawa dia ke markas!"

Yang disebut Vaandrig Kuffeller membawa enam robot dan enam prajurit berwajah bule.  Overste  Vermuelen jengkel. Anak buahnya sudah cukup banyak yang terbunuh, hanya untuk keinginan Van De Bosch dan tuan-tuan di perusahaan.  Perang terbuka sudah terjadi dan hitung-hitungan militer sangat mahal hanya untuk memperebutkan Ikan QQ dan mineral.

Raya yang paham Bahasa Belanda menyimak  Mereka hanya tentara dari Korporasi Dagang yang menyebut dirinya Vereenidge Galaxy  Compagnie  (VGC) berpusat yang mereka namakan Planet Orange di Galaxy Andromeda.  Persis seperti pengakuan serdadu yang tertangkap di Tanjung Jakarta, hanya saja informasinya lebih jelas.

Mereka juga dari kelompok manusia yang memisahkan diri dari koloni Amerika-Eropa di Planet 18, Andromeda karena berselisih soal perebutan energi.

Para petinggi  VGC tahu bahwa perdagangan energi dan QQ paling berharga antar koloni di sejumlah planet.  Berkat energi itu mereka mampu menerbangan pesawat dengan waktu cukup lama sekaligus juga pesawat tempur. 

Rupanya sejak lama mereka mengintai dan buat pangkalan di luar Nusantara, terutama bagian utara. Di sana VGC merampas ikan QQ, makanan mahluk  lain hingga  Itu terusik dan lari ke Nusantara.

"Bawa mereka ke kapal kita Evertsen yang sudah menunggu di Selatan Mahameru!" perintah salah seorang dari mereka.

Blietzkrieg yang dilakukan  VGC mengacaukan pasukan Nusantara. Mahameru lumpuh.  Hanya saja bala bantuan mungkin datang.  Makanya Gerombolan VGC tahu mereka tidak bisa lama menduduki Mahameru.

"Lalu setelah pulau ketemu, kita apakan mereka?" tanya salah seorang perwira yang dipanggil Kapten Hinne.

"Tinggalkan saja di pulau itu."

"Tapi Tuan Jan Peter Van De Bosch ingin mengintegrogasi mereka yang selalu mengacaukan rencananya," kata seorang perwira bernama Kapten Raymond.

"Lihat keputusan Jan, apakah dia kita bawa untuk jadi pekerja tanam paksa di Orange, seperti kita lakukan pada orang-orang yang kita ambil dari berbagai planet,"  ujar Vermeulen.

Raya mendengarnya dengan geram.

"Keparat kalian. Oknum kulit putih yang tidak ada kapok-kapoknya," kata Raya meludah.

"Well, kita lihat you akan bisa apa di depan Meneer Van De Bosch, perempuan!" Raymond tertawa sinis.

Enam orang plus Farid lolos, bahkan Bagus, Purbaendah dan Subarja tidak tertedeteksi. Hanya dia, Robin dari Manuk Dadali yang tertangkap. Juga Aurora dan Sono. Sayang ada Cynthia dan Ciciek yang tidak terlindungi juga enam belas anak-anak remaja  yang ketakutan. Itu juga membuat Kapten Daud dan tujuh anak buahnya menyerah.

Kapten Raymond yang begitu geram mengekskusi seorang anak buah Daud dengan tembakan di kepala untuk membuat takut para tawanan.

"Jangan coba-coba melawan," katanya.

Cara itu efektif untuk menakuti para anak remaja dan yang membuat yang dewasa memilih menurut.

                                                                                                                             ***

Vaandrig Kuffeller bersama pasukannya melacak jejak Zia dan Farid, juga Kanaya dan  Yura.  Keempatnya sudah tiba di jalan raya menyelinap ke bangunan-bangunan.   Di jalan justru Kuffeller dan anak buahnya tembak-menembak dengan beberapa pasukan Mahameru dan polisi Malang dipimpinan dan Rini Siti Aminah.

Zia, Kanaya dan Yura menembak serentak.  Dua robot Kuffeller langsung korslet dan seorang serdadunya terpenal hangus. Sementara polisi Mahameru berhasil menjatuhkan seorang serdadu hingga terkapar.  Sekalipun enam atau tujuh ganti terkapar karena kalah bersenjataan.

Tiba-tiba sebuah cambuk api membelah sebuah robot dan diikuti bahu Kuffelller. Purbaendah datang. Dia langsung melindungi dirinya dan Bagus dengan perisai ketika ditembaki.

"Verdome!" teriak dia.  Teriakan berakhir ketika Subarja melompat dan menikamkan kujangnya ke dadanya.

Vaandrig Kuffeller terkapar tewas dan Subarja mencabut kujangnya dan melempar tepat ke leher seorang serdadu lagi hingga tewas. Ketika dia hendak ditembak oleh seorang serdadu, Kanaya dan Yura menembak dengan gencar, tubuh serdadu itu menjadi hangus seperti arang dan kemudian menjadi debu. 

Sebuah robot lagi dihancurkan robot Lutung Kasarung dan robot terakhir dicambuk hingga terpenggal kepala, tepat ketika polisi dan serdadu Mahameru di lokasi itu hanya tinggal Rini, Anom dan seorang lagi.

"Cepat menyingkir, batuannya akan datang!" seru Rini membawa bendi motornya. Zia, Kanaya, Yura dan Farid melompat bersama robot Lutung Kasarung.  Sementara Bagus, Purbaendah dan Subarja menyusul dengan bendi motor lainnya dikemudikan Anom.

Kapten Raymond datang bersama puluhan anak buahnya hanya menemukan Kuffeller dan empat serdadunya tewas, berikut bangkai enam robot bahkan ada bekas debu berbentuk manusia.

"Sudah! Bantuan dari negeri ini datang. Kita bawa tawanan dan pesawat sudah menunggu! Kelak saya habisi mereka!" geram Raymond.

                                                                                                                            ****


Pasukan Nusantara sudah datang dengan V-Cakrawala. Dua peleton serdadu berlompatan di antara blok, tembak menembak terjadi dengan serdadu  VGC yang tersisa di Mahameru.  Mereka yang tak terangkut dengan pesawat yang baru saja meninggalkan Mahameru menggerutu karena ditinggal.  Termasuk belasan anggota Lanun Hitam.

Hanya tiga serdadu dan dua Lanum Hitam tertinggal menyerah.  Kapten Hadi menghela nafas. "Ini pertempuran terbuka. Kita seperti melawan kumpeni di zaman Bumi."

Alvin Ma dan pejabat kota segra meninjau. Dia hanya menggeleng kepala melihat mayat  tiga puluh enam serdadu VGC, mungkin lebih karena ada sudha jadi debu.  Dia juga melihat  bangkai dua puluh tujuh robot VGC  berserakan. Di pihak Nusantara,   tiga puluh gugur,  sepuluhan luka-luka.

"Oke, mereka bawa orang kami dan dua orang Anda, apa yang Anda lakukan?" tanyanya pada Bagus.

"Kontak orang kami di Tanjung Jakarta. Kami juga butuh amunisi!"

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun