Kapten Raymond yang begitu geram mengekskusi seorang anak buah Daud dengan tembakan di kepala untuk membuat takut para tawanan.
"Jangan coba-coba melawan," katanya.
Cara itu efektif untuk menakuti para anak remaja dan yang membuat yang dewasa memilih menurut.
                                                               ***
Vaandrig Kuffeller bersama pasukannya melacak jejak Zia dan Farid, juga Kanaya dan  Yura.  Keempatnya sudah tiba di jalan raya menyelinap ke bangunan-bangunan.  Di jalan justru Kuffeller dan anak buahnya tembak-menembak dengan beberapa pasukan Mahameru dan polisi Malang dipimpinan dan Rini Siti Aminah.
Zia, Kanaya dan Yura menembak serentak. Â Dua robot Kuffeller langsung korslet dan seorang serdadunya terpenal hangus. Sementara polisi Mahameru berhasil menjatuhkan seorang serdadu hingga terkapar. Â Sekalipun enam atau tujuh ganti terkapar karena kalah bersenjataan.
Tiba-tiba sebuah cambuk api membelah sebuah robot dan diikuti bahu Kuffelller. Purbaendah datang. Dia langsung melindungi dirinya dan Bagus dengan perisai ketika ditembaki.
"Verdome!" teriak dia. Â Teriakan berakhir ketika Subarja melompat dan menikamkan kujangnya ke dadanya.
Vaandrig Kuffeller terkapar tewas dan Subarja mencabut kujangnya dan melempar tepat ke leher seorang serdadu lagi hingga tewas. Ketika dia hendak ditembak oleh seorang serdadu, Kanaya dan Yura menembak dengan gencar, tubuh serdadu itu menjadi hangus seperti arang dan kemudian menjadi debu.Â
Sebuah robot lagi dihancurkan robot Lutung Kasarung dan robot terakhir dicambuk hingga terpenggal kepala, tepat ketika polisi dan serdadu Mahameru di lokasi itu hanya tinggal Rini, Anom dan seorang lagi.
"Cepat menyingkir, batuannya akan datang!" seru Rini membawa bendi motornya. Zia, Kanaya, Yura dan Farid melompat bersama robot Lutung Kasarung. Â Sementara Bagus, Purbaendah dan Subarja menyusul dengan bendi motor lainnya dikemudikan Anom.