Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Banjar 1859-1862, Suksesi, Perdagangan dan Batubara

21 Februari 2021   18:28 Diperbarui: 21 Februari 2021   18:45 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok Antasari telah menyebar setelah jatuhnya benteng utama, pemberontak di bawah Lehman dan kepala suku lainnya dikejar dari Allei dan Amandit ke Petap di mana mereka pindah ke pegunungan.

Sebuah kolone yang dipimpin oleh Kapten Van Bennekom dikirim ke sana dan dari 26-28 Juni 1862 memukul pasukan Antasari  di Gunung Batu dan Bukit Datap. Namun pasukan Belanda menderita kerugian perkemahan di Langkap dihancurkan tentara Antasari.

Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit keras yang menyerang paru-paru hingga cacar. Meskipun demikian Pangeran Antasari untuk menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak padam. Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.

Pihak Kolonial Belanda secara resmi beranggapan perlawanan berakhir pada 1862. Sekalipun sumber kolonial masih mengakui beberapa "geng bersenjata" masih berkeliaran. Pemimpin utama rakyat seperti  Demang Lehman ditangkap oleh pengkhianatan anak buahnya sendiri dan dibawa ke Banjarmasin, dimana dia dijatuhi hukuman gantung pada 1864.

Pada 8 Maret 1863, Verspyck menyerahkan administrasi sipil dan komando pasukan kepada Kolonel Happ. Secara keseluruhan, Pihak Belanda mengakui kerugian militer sebanyak 204 perwira dan serdadu tewas dalam pertempuran di Bandjermasin, sementara 799 perwira dan serdadu  lainnya luka-luka.  Itu belum termasuk korban sipil Eropa yang berjumlah ratusan.

Perlawanan masih berlanjut. Pada 25 September 1864 Tumenggung Surapati beserta pengikutnya menyerang benteng Belanda di Muara Teweh dan membunuh dua orang penjaga benteng. Karena kejadian ini, pada Maret 1865 di Muara Teweh didirikan pertahanan yang berkekuatan 4 orang opsir, 75 serdadu yang dilengkapi dengan meriam 2 pon dan 2 mortir.

Setelah menderita sakit yang agak lama pada tahun 1875 Tumenggung Surapati meninggal dunia sebagai pahlawan, meninggal karena sakit. Tumenggung Ajidan putera Tumenggung Surapati meneruskan perjuangan ayahnya bersama-sama Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari. Kalau keluarga Sultan Muhammad Seman yang tertangkap dibuang ke Bogor (Jawa Barat) maka keluarga Tumenggung Surapati yang tertangkap dibuang ke Bengkulu, Sumatra.

Para Perwira Belanda yang tewas dalam pertempuran atau sebab lain selama Perang Banjarmasin (menurut sumber Belanda).

  1. J.J. Bichon, Letnan Dua Infanteri J.J. Bichon tewas  dalam pertempuran di Poeloe Petak pada  23 Agustus 1859  setelah mendapat luka tombak di perut.
  2.  C.F. Diepenbroek, petugas kesehatan  tewas Pengaron, 3 Juli 1859, dibunuh oleh seorang pembantunya
  3. H. Gildemeester, petugas kesehatan  meninggal di Banjarrmasin, pada 2 November 1859, setelah menderita  disentri.
  4. C. Bangert, letnan satu infanteri C Bangert  tewas di Lontontoeor pada 26 Desember 1859  dalam pertempuran di atas  kapal Onrust.
  5. Letnan angkatan laut kelas satu JCH Van de Velde  tewas pada  26 Desember 1859  di atas kapal Onrust
  6. Letnan angkatan laut kelas dua F.L.F.K. von Pestel tewas pada 26 Desember 1859 -- di atas kapal Onrust
  7. Letnan angkatan laut kelas dua Van der Kop tewas pada  26 Desember 1859  di atas kapal  Onrust
  8. Letnan komandan, kelas dua J.J. Burr  tewas dalam pertempuran di kapal Onrust. 26 Desember 1859,
  9. Dilg, petugas kesehatan tewas di Onrust, pada 26 Desember 1859
  10. W.K. Waldeck, juru tulis administrasi  tewas di Onrust pada 26 Desember 1859.
  11. Letnan Satu Infanteri  P. Bloendeau  tewas akibat luka tombak di dadanya di Tambooy, pada 5 Februari 1860
  12. Letnan satu infanteri W.J. G Van Dam Van Isselt tewas di  Tabedie, 22 April 1860 karena tertembak di perut
  13.  Kapten Infanteri J. M. D.T. de Jong tewas di Tana Abang, 1 Mei 1860 - meninggal karena dua luka di dada
  14. Letnan infanteri pertama V. L Schwarts  tewas Banjarmasin, 15 Juli 1860 - meninggal karena sebab tak diketahui.
  15. Stammler, petugas kesehatan  hilang di Banjarmasin, 27 Agustus 1860, kemungkinan dibunuh)
  16. Letnan satu infanteri  J.T. A. Van Ende tewas di Sungai Madang pada 15 September 1860  karena berbagai luka dalam pertempuran
  17.  Kapten infanteri J. Koch tewas di Gunung Madang pada  18 September 1860 - meninggal karena luka tembak di dada)
  18.  Letnan Satu  CGJ Hamming tewas di Gunung Madang, pada  23 September 1860 - meninggal karena tembak di dada
  19. Kapten Infanteri H. M. D Schift tewas di Tameang Layang, 29 November 1860  karena sebab tak diketahui
  20. Kapten infanteri S. Meijers tewas di  Amuntai, 10 April 1861 karena penyakit jantung)
  21. Letnan dua infanteri  J. Van de Wijck tewas di Amuntai, pada 4 Mei 1861 karena sebab tidak diketahui
  22. Letnan Dua Infanteri  J.H. Hojel  tewas di  Boven Lampehon, pada  11 Agustus 1861 setelah tertembak di wajahnya
  23. Kapten Infanteri T. C. H Van Fleet tewas di  Tongka, 8 November 1861 - karena luka tembak di dada
  24. Koch, aide-de-camp officer  tewas di Djatoh, 6 Desember 1861  karena berbagai luka tembak
  25. Letnan satu infanteri W. F. H. Voogt  tewas di  Bepinto, 15 Desember 1861, setelah tertembak di rahang)
  26.  Letnan dua infanteri M. W Croes tewas di Margasarie, 20 Desember 1861 setelah mendapat luka di jantung karena pertempuran
  27.  J. van Halderen, ajudan perwira non-komisioner tewas di  Djatoh, 26 Desember 1861 - karena berbagai luka dalam pertempuran
  28. A. Kiezer, adjutant commissioned officer tewas di Barabei-ie, 8 April 1862  karena penyakit liver
  29. S. van Puffelen, ajudan non-commissioned officer tewas di  Sumba, 10 Juli 1862, penyebab  mungkin keracunan
  30. E. Engelhard, ajudan bintara  tewas di Banjarmasin, 25 Juli 1862  karena disentri
  31. HM Vink, letnan dua infanteri HM Vink tewas di Sungai Mantallat pada  6 Desember 1862  karena tenggelam
  32. JC Penning, letnan satu infanteri JC Penning  tewas di Pengaron, 29 Januari 1863  karena sebab tak diketahui

Belanda Lebih Banyak Rugi

Sejarawan  Ricklef menyebut perang antara koalisi Melayu-Dayak dengan Kerajaan Belanda  secara militer dimenangkan Belanda memiliki persenjataan dan kekuatan yang lebih unggul.  Pemerintah Kolonial Belanda menghapus Kesultanan Banjarmasin sama sekali dan mengambil alih kendali langsung.

Perang mengambil banyak korban dari keuangan dan tenaga Belanda. Pemimpin Islam pedesaan memimpin perlawanan yang berani dan teguh. Perjuangan menyebabkan banyak nyawa dan kerusakan besar pada harta benda di banyak bagian Kalimantan bagian selatan bagi Belanda dan orang-orang Eropa. Bahkan tambang batu bara yang jadi alasan untuk perang mengalami kerusakan berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun