Setelah batalion batuan dari Jawa tiba, Verspyck maju ke Martapura yang terancam. Akibat dari tindakan tersebut adalah penyerahan senjata dan pembaruan sumpah setia kepada pemerintah.
Pada 18 September 1860 di bawah pimpinan Mayor Schuak dan dibantu Kapten Koch bergerak ke Gunung Madang. Pasukan Belanda kali ini membawa sebuah howitser, sebuah meriam berat dan mortir. Pertempuran terjadi menjelang pukul 11.00 siang, ditandai dengan tembakan dari Demang Lehman.
Mayor Schuak yang berani mendekati benteng dengan pasukannya, kena tembak oleh anak buah Tumenggung Antaluddin. Selanjutnya Kapten Koch memerintahkan memajukan meriam, namun tembakan pasukan pejuang Banjar dengan jitu mengenai serdadu pembawa meriam itu. Setelah pasukan meriam gagal, dilanjutkan dengan pasukan infantri.
Kapten Koch yang memimpin pasukan infantri maju, namun kemudian kena tembak di dadanya dan jatuh tersungkur. Dia tewas.  Serdadu Belanda menjadi bingung dan kehilangan komando. Akhirnya mereka dengan bergegas menggotong mayat Koch dan berlari meninggalkan medan pertempuran, langsung mengundurkan diri kembali ke Benteng Amawang.  Selain Koch tewas juga Letnan Satu  CGJ Hamming tewas  di Gunung Madang pada  23 September 1860 karena  kena tembak di dada.
Karena Haji Abdullah yang menyusun rencana ini, maka Letnan Van Emde diperintahkan untuk menangkapnya di Bukit Madang  dengan satu detasemen ke rumah haji. Letnan Verspyck dan Van der Wijck mengepung rumah tersebut, tetapi Abdullah tiba-tiba mengamuk bersama penduduk menyerbuÂ
Tiga tentara Belanda  tewas seketika  dan sebelas luka parah di antaranya  Letnan Van Emde luka serius dan  dibawa ke Amuntai di mana dia tewas karena luka serius.
Jika beberapa bagian telah diserahkan, sebuah pos didirikan di sana untuk mencegah mereka disita lagi. Medan pertempuran biasanya ditutupi dengan hutan rawa, berpotongan dengan banyak aliran sungai, sehingga perang membutuhkan banyak tenaga dari pasukan.
Operasi  Militer pada 1861
Pada 1861, Hidayatullah sudah dekat dengan pasukan mengejar. Â Akan tetapi, dalam beberapa kesempatan perjalanan pasukan Belanda gagal dan mereka harus kembali dengan tangan kosong karena menderita demam dan disentri.
Roy-van-Zuijdenwijn-Charle De Veer de Rochemont berhasil mendapatkan keuntungan besar dengan menyerbu beberapa benteng di Batu Putih.
Namun pasukan Lehman justru menyerang Tanah Laut lagi sehingga pasukan harus dikirim. Sekarang senjata diputar melawan Antassari, yang berada di Gunung Tongka. Verspyck menunjuk Kapten Van Vlot di Ampah sebagai komandan ekspedisi.