"Ada apa Ambu?" tanya aku.
Ambu mempunyai firasat entah apa.
Lagu Purbaendah jadi penutup acara pesta perdamaian itu. Namun lagu itu jadi pembicaraan orang Pasir Batang karena pertama kali mendengar kata Indonesia. Faisal dan Rani menarikku.
"Kami tahu soal Indonesia, tapi kita tidak lagi apakah masih bisa lanjut," ucap Faisal pada aku dan Ambu.
Purbaendah disambut meriah oleh saudari-saudarinya, termasuk Purbasari. Â Mereka tampak berbincang-bincang entah apa dan tertawa bersama.
Bagus, Raya, Atep dan Zia mengawasi dari jauh mereka berkumpul. Entah apa yang mereka rencanakan.
Kami tidur menjelang tengah malam. Â Bagus tentunya bersama Purbaendah. Mereka memincingkan mata kepada aku dan Purbasari serempak meletakan tangan di mulut lalu melepas seolah memberi salam.
Hujan turun dengan lebat  membuat kami tidur nyenyak.
                                                       ***
"AA Guru bangun! Purbaendah dan kawan-kawan Akang meninggalkan istana!" teriak Purbasari.
Aku terbangun dengan terkejut, sinar matahari menerpa dari jendela. Â Segera keluar kamar masih berpakaian tidur. Â Sudah pukul sembilan pagi. Â Tak ada penjaga yang tahu karena mereka semua tertidur.