"Suruh pergi saja!" teriak Samuel.
"Ah, betul itu!" sahut hadirin.
Brutus dan tentara asing, serta pengusaha sawit dan emas  yang menyerah dipulangkan dengan kapal yang berlabuh di Kulon. Faisal dari Kabandungan menyebutkan, kapal diberi bekal dan bahan bakar untuk berlayar entah ke mana. Mereka hanya diberi senjata tajam. Kami memperlakukan mereka secara satria dan hormat.
                                         ****
Purbaendah diberi pengampunan, apalagi dia bersama Bagus terbukti membantu mengalahkan Indrajaya pada beberapa bulan terakhir. Â Di pengadilan malah terungkap mereka berdua yang membantai pasukan Bakthansar ketika aku akan mematahkan kakiku dan membunuh Purbaleuwih. Berarti kerajaan utang nyawa.
Hanya Purbaendah pernah menjadi panglima perang, sekalipun terlibat dalam pemungutan pajak secara paksa. Dia hanya diminta mengakui. Â Dia dibebaskan tetapi tidak boleh menjabat apa pun. Yang membuat aku terpukau wajahnya sama sekali tenang. Bahkan dia melirik kekasihnya, yang sudah jadi suaminya, Â Bagus sambil senyum-senyum.
Purbaendah juga menolak mengajukan Subarja sebagai orang yang harus diadili.
"Itu tanggungjawab Aing, Tuan Hakim," katanya. "Subarja, abdinya Aing."
Uwak Barata malah terkesan karena Purbaendah bersifat satria. Â Subarja dan tiga perwiranya, masing-masing Prapanca, Tantra dan Yoga dihukum seperti Purbaendah, bebas, tetapi dicabut hak jadi prajurit.
Keempatnya hadir di pengadilan tanpa menunjukan ekspresi ketakutan bahwa masa depannya suram. Â Purbaendah dan Bagus malah menyalami mereka.
Bagus Sucahyana? Kami tidak punya alasan membuat dia bicara di pengadilan. Tidak ada saksi yang melihat dia ikut melakukan dukungan terhadap aksi Indrajaya. Malah dia membantu kami. Â Masalahnya kami juga tidak bisa mendesaknya, untuk menceritakan apa yang dilakukan bersama Purbaendah dan sekondannya. Â Tidak ada hukum itu, karena apa yang dilakukannya belum tentu kejahatabn.