Sebelum kami ke utara, kami melihat  bekas bandara terbengkalai. Beberapa bangkai pesawat bergeletakan begitu saja dan ada kubangan air di beberapa tempat. Tak ada tanda-tanda pesawat angkasa mendarat di sini atau diberangkatkan dari sini. Dimanakah Bagus mendarat? Atau membuat proyek dengan Purbaendah-nya.
Radar memberitahu kami ada pertempuran di sekitar Gedung Sate. Rupanya orang-orang Purbasari sudah memasuki kota. Kami bergegas ke sana. Walaupun Ira dan Mayang menggerutu. Mereka ingin lebih dulu menemukan cucu mereka. Â Jip terbang dan motor capung terbang ke sana.
Kami segera berloncatan. Ada berapa tank terbakar dan sebuah motor capung kena laser. Untung Ira tangkas meloncat. Rupanya dia ingin melindungi prajurit Titanium.
 Samuel juga berlari dengan gesit ketika melihat orang yang jadi sasarannya. "Brutus! Popeye datang!" teriaknya.
Brutus terperanjat melihat kedatangan Samuel mereka berkelahi di pelataran Gedung Sate yang relatif masih utuh. Orang Kabandungan masih memelihara.
"Oii, tembakan jangan merusak gedung!"
Aku juga mencari Indrajaya. Â Purbasari diminta menunggu di jip dengan janji, aku tidak melukainya.
"Oii, Indrajaya, katanya mau adu tampan!" kataku kesal. "Jantan tidaklah, anjeun lari meninggalkan istri."
Aku mengalahkan sejumlah pengawalnya dengan tembakan high voltase dan ada yang tangan kosong.  Ira yang menjagaku diminta Ambu  ganti takjub.  Kami ke ruangan atas dan terkejut ketika dalam sebuah ruangan menemukan Indrajaya sudah terikat di sebuah ruangan.Â
Purbaendah dan Bagus melihat aku sambil melambaikan tangan.
"Tanda damai dari kami. Pengkihanat kakakku!" teriak Purbaendah, dia menjewer telinga iparnya. "Pengecut!"