Orang dari atas gedung turun, mereka penuh tanda tanya, tetapi tidak terkejut. Â Seorang laki dan seorang perempuan muda dengan hijab maju. Wajah mereka ramah setelah mengamati kami beebrapa detik. Â Lalau diikuti beberapa laki-laki dan perempuan, ada yang menggunakan senjata laser, mungkin hasil rampasan, ada AK 47 yang sudah tua, tetapi dimodifikasi.
"Kalian keturunan yang dulu pergi dari Bumi?" ujar yang perempuan. "Aku Rani  dan ini suamiku Faisal."
Ambu menyambut mereka. "Tahun berapa ini? Kami  saja tidak ingat kapan nenek moyang kami pergi, yang jelas dua ratus tahun di Titanium."
"Ada yang ke Titanium, ada yang ke Kuantum XX, ada yang ikut orang Amerika entah ke planet mana, ada yang ikut orang Jepang kami tidak tahu, eksodus terakhir dari Gedebage Bandung Technopolis tiga ratus tahun yang lalu dan yang terakhir dari Bumi yang ikut orang Jepang seratus lima puluh tahun lalu!" jelas Faisal.
"Kalian bertahan hidup!" Ira dan Mayang muncul dengan tergesa-gesa karena mendengar tembakan.
Faisal dan Rani mengangguk. Â Dari gedung itu orang-orang lain berdatangan. Sebagian geriliyawan, sebagian mungkin warga berlindung.
"Anjeun semua yang mundur ke Kulon?" tanya Gigin.
Faisal mengangguk. "Kami kembali empat bulan lalu, setelah buat perjanjian dengan penguasa baru Kabandungan."
Penguasa baru? Purbaendah?
"Orang-orang asing  yang menyerang tadi itu?" tanya Samuel.
"Mereka sisa peradaban Barat yang runtuh, tak ada lagi pemerintahan di Bumi. Alat telekomunikasi semakin rusak bahkan kalau digunakan memancing pasukan asing ke mari," jawab Rani.