"Ayo kita pergi!" ajak Aku.
"Yang lain?"
" Kapten Gumilar dan Harun tinggal di sana menjaga anak aku dan cucuku dan cucu Ira juga. Mereka menjaga agar Sang Kuriang bisa lebih bijak," ucap aku.
"Dua motor capung dan jip terbang masih di sana? Juga persenjataannya?"
"Biarkan. Itu membantu Elang melindungi negerinya. Ada Kapten Ginanjar yang akan mengajarkan."
Aku dan Ira mengikuti Mamo dan Sisil  ke arah Guru Minda Delapan yang sudah siap. Tak Jauh dari Guru Minda  Enam.  Beberapa Hiyang menampakan diri. Mereka yang membawa kapal itu dari dasar danau semalaman.Â
Para manusia gua itu mengelilingi kami dari kejauhan.
Para Hiyang kemudian menghilang. Tepatnya menghilang dari pandangan. Mereka masih berada di situ. Â Ada yang tidak boleh melihat mereka. Ada yang datang.
Sepuluh serdadu  Atlantis.  Saya mengenal Ares ada di situ.
"Orang kahyangan atau dari langit, kalian sudah cukup membuat jengkel,"ucap Ares geram.
Kami tahu Hiyang tidak bisa ikut campur dalam konflik antar manusia. Â Ares menodongkan senjata pelontar panasnya.