Suara telepati Hyang mengisi kepala saya dan Ira. Apa yang harus kami katakan.
"Boleh kami mencoba perahu ini dulu. Setelah matahari terbit kami kembali dan pernikahan bisa digelar," aku berkata dengan tegas.
Sang Kuriang mengangguk. "Silahkan, orang aku akan mengantarkan kalian berkeliling danau untuk melihat matahari terbit ketika di danau."
Aku dan Ira menaiki perahu besar itu bersama enam pengawal. Hyang yang mengawal kami mengikuti. Perahu pun bergerak ke tengah danau. Amboi harus diiakui begitu indahnya panorama di tengah danau menjelang fajar. Keajaiban apa yang menyelamatkan aku dari perbuatan yang terlarang ini, anak yang menikahi ibunya?
Hiyang menampakan diri lagi. Â Para pengawal ketakutan, tetapi mahluk itu tetap memerintahkan mereka untuk bertugas di kapal melalui telepati.
"Bagaimana caranya kalian menganggalkan pernikahan aku dan anakku?" tanya aku penasaran.
Kami sudah jauh sudah di tengah danau. Dari jauh terlihat Gununtangkubanprahu, tampak berasap.
Sebetulnya kalian sudah melihat tandanya kemarin. Suara Hiyang hanya menjelaskan.
"Gunung itu akan meletus. Itu sebabnya puluhan tentara Atlantis mati terkena gas racun dan hawa panas," ujar Ira.
"Bagaimana dengan Elang, Kanaya, teman-teman kita?" aku khawatir. "Bagaimana pun dia anakku."