Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (7)

9 Juni 2020   16:29 Diperbarui: 9 Juni 2020   16:31 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka selamat. Kami melindungi mereka.

Persis ketika matahari menyembul dari Timur, bumi bergetar. Danau mulai bergolak. Gunung meletus. Aku dan Ira panik. Tapi Hyang menenangkan.

Justru ini cara kami memisahkan kalian.

Air bergolak keras ketika api menyembur dari kepundan. Dari kejauhan Sang Guriang tampak gelisah. Anak buahnya di kapal panik. Tiba-tiba air bergulung membalikan perahu. Saya dan Ira tercebur ke dalam danau. Hyang melindungi kami dengan gelembung udara yang dibuatnya membungkus kami di dalam air.

Aku sempat melihat terbalik di atas air, bagian lunasnya berada di atas dan geladaknya ada di dalam air. Tapi Hyang kemudian mengarahkan gelembung ke tepian lain yang jauh.

Entah berapa lama, tahu-tahu kami ada di tepian lain di mana Mamo dan Caecilia menunggu. Di sekeliling mereka berkumpul sekelompok sosok mirip manusia, namun dengan bulu lebat lebih ke arah kera. Mereka melongo.

"Kami sudah berteman," kata Mamo terkekeh-kekeh.

Tiba-tiba kelompok  manusia goa beteriak histeris. Rupanya lontaran batu akibat gunung meletus masuk ke gua. Kami berlari bersama dan mendapatkan salah satu sosok itu tewas di dekat periuk berisi umbi-umbian. Dia terkubur di salah satu lubang.

"Wah tadi kami makan bersama mereka di goa ini. Mereka menyebutnya pawon, artinya dapur," ujar Mamo sedih.

Ilustrasi-Foto: Kumparan.
Ilustrasi-Foto: Kumparan.
Tak ada yang bisa kalian lakukan. Cepat tinggalkan planet ini kembali ke asal kalian? Sebelum Sang Kuriang menyadari. Saat dia sedang marah menyuruh anak buahnya mencari kalian. Suara Hiyang mengisi kepala saya dan Ira.

Gunung berhenti meletus. Dari kejauhan  kami melihat kapal terbalik dengan bagian lunas di atas. Persis seperti gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun