Ribuan tahun bahkan 10 ribu tahun sebelum Masehi? Tidak mungkin Harun. Bagaimana bisa? Setahu aku para ilmuwan pernah mengungkapkan perjalanan waktu ke depan memungkinkan, tetapi ke masa lalu tidak mungkin.
"Kata tetua bisa tapi kecil kemungkinannya bahkan tidak mungkin. Lewat perjalanan lubang cacing? Aku pernah baca ibarat kertas ujung masa lalu dan ujung masa depan dilipat dan kemudian ada lubang cacing. Seperti perjalanan pionir kita ke Planet Titanium. Tetapi harusnya ketika kembali ke masa depan Bumi. Kita nggak mungkin lebih cepat dari kecapatan cahaya untuk kembali ke masa lalu," ujar Ira.
"Bagaimana kalau mahluk yang bersama Elang dan Iskanti di Guru Minda Delapan punya teknologi itu dan membuat jalan untuk itu dan jalan itu yang kita ikuti?" sahut Harun.
Mungkin. Kalau benar anak-anak kami bisa mengubah sejarah dan mengubah masa depan, termasuk juga keberadaan kami di Planet Titanium.
 "Nuju Naon urang asing ? Timana?" Entah dari mana sekelompok orang menggunakan tombak dengan celana biru muncul dari pepohonan. Yang bicara mungkin pemimpinnya memakai pakaian dan hanya bersenjata tajam di pinggang.
Kapten Ginjanjar menyiapkan senjatanya. Dia memberi isyarat agar kami semua mundur.
"Saha anjeun? Nuju Naon?" Sang pemimpin suara menggelegar.
"Punten Akang! Kami naengan barudak kami, abdi Ambu-nya," Aku bergerak maju ke depan dan bersimpuh.
"Barudak abdi Elang, eh.. Sang Kuriang."
Wajah pemimpin itu melunak. Walau dia terkejut. Sepertinya dia tahu nama kedua. Apalagi setelah seorang prajuritnya berbisik. Pemimpin itu mengangguk.
"Sang Kuriang..." suaranya pelan. "Urang kahyangan euy, "