Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (21-22)

6 Mei 2017   21:37 Diperbarui: 6 Mei 2017   21:51 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koloni oleh Irvan Sjafari

DUA PULUH DUA

Pemilihan Ketua Senat FIB UI

Ketika Alif Berumur Dua Puluh Satu Tahun

Sebetulnya cukup gemetar Alif berdiri di podium. Ada empat kandidat. Sebetulnya dia tidak enak melawan kawan-kawannya sendiri di HMI. Anak-anak HMI ingin calon yang super alim dan calon mereka Mustaqim Salman didukung oleh para alumni secara dana. 

Program mereka ideal, tetapi sebetulnya hanya menguntungkan kelompoknya sendiri. Hingga anak-anak HMI yang lebih fleksibel kurang menyukainya. Isu era 1980-an, menurut mereka yang fleksibel. Tidak cocok dengan dunia yang makin global.

Kubu leftian pun terpecah dua. Mereka memajukan calon yang dianggap progresif dan revolusioner. Namanya Andre Sutalaksana.  Tetapi sebagian lagi dimotori oleh Daniel dan kawan-kawan Alif dari Klub Orang Gila menganggapnya sama saja esensinya dengan Mustaqim: membela kelompoknya, bahkan punya agenda tersembunyi.

Kubu yang satu lagi perwakilan anak-anak borju ingin program senat realistis, alias pesta, pesta dan pesta. Namanya Nicolhas Mayo, dipanggil Nico. Mereka punya tempat di fakultas ini.

Jadi keputusan nekad Alif, maju tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada panas mencengangkan namun akhirnya karena butuh calon alternatif, ya didukung juga oleh berbagai kelompok mahasiswa yang berseberangan. Sekalipun pengalaman organisasi Alif nol besar.

Di mata anak-anak musala, Alif bersih. Salat rajin. Kegiatan religi kerap datang, sekalipun tidak sering-sering. Namun pandangannya kerap dianggap “aneh”. Sementara bagi anak-anal leftian, Alif dianggap bisa menjembatani persoalan mereka dengan anak-anak masjid yang selama ini memecah gerakan mahasiswa. Walaupun mereka sendiri ragu, bagaimana praktiknya.

“Gila luhLif, sebetulnya motivasi luh apa sih? Majunya last minutes lagi.  Tapi kami sudah kesal sama Andre, arogan merasa pintar. Dalam diskusi nggak pernah mau ngalah. Sama saja dengan si Mustaqim,” ujar Daniel.

Gacoan luh, anak Jepang itu, namanya Ningrum Olivia itu mendukung nggak?  Lagian luhnekad dekatin anak orang kaya itu,” celetuk Yola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun