Lidya begitu tegar bercerita. Dia sudah kuat. Justru Alif yang menahan air mata. Human traficking lagi.
Seorang lagi Faiz Edwin, keturunan Arab tampaknya. Kulitnya legam, kekar, tetapi pendek.
“Faiz, dulu kuliah Teknik Mesin tidak tamat. Lari ke sini untuk melindungi adik perempuan saya yang mau diperistri secara paksa.”
Warga koloni benar-benar kombinasi menakjubkan. Yang satu ingin menghindar dan melindungi. Yang kedua adalah orang-orang yang lahir tidak dikehendaki. Pertanyaan Alif belum terjawab di mana persisnya tempat ini.
Anis mengajarkan Alif beberapa program penyusunan data, memantau berita yang ada. Selain berita misteri jatuhnya Archipelago Airlines, ketegangan politik dunia, hingga munculnya virus misterius bernama Razov.
“Dalam data ditunjukkan populasi pulau ini sudah mencapai 700 jiwa, sekitar 500 usia 15-21 tahun, generasi pertama anak-anak itu. Sisanya orang dewasa yang bergabung termasuk saya, serta anak-anak mereka.”
“Ada saatnya mereka akan punya pemimpin. Masih percaya sama demokrasi?”
“Yuup. Demokrasi cara yang terbaik memilih pemimpin,” celetuk Lidya,
“Ada saatnya...” kata Anis.
Alif ditempatkan bagian data base, mengolah data yang di belahan dunia dan kemudian disusun kembali oleh Lidya. Sistemnya Anis yang membuat. Tapi hari itu Anis hanya memperkenalkan sistem.
Satu yang aneh. Semua acara televisi rekaman. Berarti bisa diambil kapan saja. Kalau begitu pertanyaannya di mana, saat ini kapan? Berapa lama setelah dia hilang? Di tempat manakah dia? Bagaimana mereka bisa ke mari?