Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Frugal Living: Meniti Bahagia Tanpa Beban Finansial

27 Januari 2024   13:25 Diperbarui: 28 Januari 2024   12:45 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami menerapkan cashless dalam berbagai aspek keseharian, mulai dari mengisi bahan bakar di Pertamina, berbelanja barang keperluan sehari-hari, hingga pembayaran SPP anak. 

Salah satu keunggulan utama dari metode ini adalah kemampuan untuk mengontrol pengeluaran dan mengevaluasi secara akurat seberapa banyak uang yang telah dihabiskan. 

Rekam jejak transaksi cashless yang tercatat memungkinkan kami untuk memahami arus keuangan, sehingga dapat diambil keputusan yang lebih bijak dan tepat dalam mengelola keuangan keluarga.

Dengan penerapan metode cashless, kami tidak hanya mencapai efisiensi dan hemat, tetapi juga mendapatkan keuntungan tambahan yang berkontribusi pada keseimbangan keuangan keluarga.

Menolak Ikut-Ikutan 

Prinsip sederhana namun kuat yang kami pegang teguh adalah menolak untuk membeli barang hanya karena mengikuti trend atau karena banyak teman yang juga membelinya. 

Sebagai seorang guru, kami seringkali dihadapkan pada situasi di mana penjual barang mempromosikan dagangannya di sekolah, dan seringkali dorongan untuk ikut serta dalam pembelian tersebut muncul akibat tekanan sosial atau hasrat untuk tidak ketinggalan tren.

Pengalaman ini tidak jarang membuat kami tergoda untuk ikut-ikutan membeli, terutama saat melihat banyak rekan yang turut serta. 

Koperasi sekolah juga sering menyediakan kemudahan pembelian barang dengan cara mencicil melalui koperasi, yang pada akhirnya dapat menjadi jebakan keuangan bagi banyak rekan guru dan TU di sekolah.

Setelah beberapa kali mengalami pembelian barang impulsif di sekolah, kami menyadari bahwa sebagian besar barang tersebut sebenarnya tidak menjadi prioritas utama dan hanya menghiasi lemari di rumah tanpa memberikan manfaat yang signifikan.

Beberapa barang bahkan hanya beberapa kali digunakan sebelum rusak, dan sulit untuk melakukan komplain karena tidak memiliki informasi kontak penjual.

Kami memahami bahwa ikut-ikutan hanya akan menumpuk utang dan berdampak negatif pada kesehatan keuangan kami. Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan keuangan dan menghindari pemborosan yang tidak perlu, kami dengan tegas menerapkan prinsip untuk tidak ikut-ikutan dalam pembelian barang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun