Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Buku Tua di Perpustakaan

21 April 2020   03:25 Diperbarui: 21 April 2020   03:45 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: fredericberanger.wordpress.com) 

Penerangan di kamar ini juga tidak begitu terang, sehingga suasananya remang-remang. Sinarnya di kamarku ini sebenarnya merupakan pantulan dari cahaya lampu tempel yang ada diluar. Kulihat ada pintu berjeruji besi berada di arah depan, berjarak sekitar 1,5 meter dari tempatku berbaring.

Ya Allah, ada dimana aku sekarang? Rasanya ini lebih mirip sebuah penjara daripada sebuah kamar? Pikirku dalam hati.

Setengah tak percaya dengan apa yang terjadi, aku mencoba mengusap kedua mataku berkali-kali. Ah, mungkin saja ini cuma mimpi, pikirku dalam hati. Namun, pandangan mataku tak pernah berubah.

Aku kini benar-benar memang sedang berada dalam sebuah penjara. Tapi, ini penjara apa? Dimana? Mengapa aku dipenjara? Apa salahku? Bukankah aku masih sekolah? Banyak sekali pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku.

Perasaanku kini menjadi semakin galau tak karuan. Rasa takut bercampur bingung menyeruak dalam pikiranku. Aku merasa seperti orang linglung dan tak tahu apa yang musti aku lakukan.

"Tuan Adipati! Tuan sudah bangun?" Tiba-tiba terdengar suara dari salah satu pria berpakaian prajurit kerajaan yang tidur sekamar denganku. 

Adipati? Kok aku dipanggil Adipati? Aku namaku kan Deden Suhendar? Apa maksudnya? Tanyaku dalam hati. 

"Sembah hormat Tuanku!" ujar kedua pria berpakaian prajurit itu sambil menundukkan kepala dan kedua telapak tangannya disatukan.  

Aku masih terkejut dan belum menjawab pertanyaan mereka. Sementara mereka tetap dalam posisi setengah berjongkok sambil memberi salam hormat.

Lalu akau mulai memperhaikan pakaian yang kukenakan. Ternyata aku sepertinya sedang memakai pakaian seorang pembesar di zaman dulu. Meskipun pakaianku lusuh, tapi atribut yang kukenakan memang berbeda dengan kedua orang tak kukenal yang sedang memberi hormat padaku tersebut.

Kemudian aku menyuruh mereka bersikap biasa dan menanyakan siapa mereka. Ternyata mereka adalah prajurit dari Tatar Priangan yang selama ini setia mengawal Dipati Ukur dan anehnya, akulah yang dimaksud dengan Dipati ukur oleh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun