Perlahan-lahan pintu kamar itu dibuka. Kami semua merasa tegang dan tetap berjaga-jaga segala kemungkinan.
Ternyata kamar itu kosong, persis seperti yang dijelaskan petugas lobi hotel. Tak ada mayat, bercak darah, atau tanda-tanda telah terjadi kekerasan di sana.
"Kosong Pak. Tak ada apa-apa," ujar salah seorang petugas security setelah memeriksa semua sudut ruangan di kamar itu.
Aku bingung sendiri. Apa sih sebenarnya yang sedang terjadi? Pikirku dalam hati. Kemana perginya mayat yang tadi ada di sini? Lantas, pembunuh tadi pergi kemana? Tanyaku lagi dalam hati.
Salah seorang petugas security menjelaskan padaku kalau di kamar 13.09 pernah terjadi peristiwa pembunuhan tragis. Peristiwa itu terjadi tiga tahun silam, setelah keduanya terlibat pertengkaran hebat. Korbannya istri simpanan seorang mantan pejabat di sebuah kesatuan TNI. Istrinya dibunuh menggunakan pisau komando, kemudian sang pelaku bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 13 gedung hotel tersebut.
Sejak peristiwa pembunuhan tersebut, kamar 13.09 dibiarkan kosong, soalnya tak ada tamu yang berani menghuninya. Pernah dulu ada yang coba-coba tidur di sini, malamnya dia diganggu makhluk astral yang menyerupai korban dengan wajah yang menyeramkan. Sejak saat itu tak satupun orang mau menginap di kamar ini.
Terus terang, aku masih belum yakin dengan apa yang baru terjadi. Semuanya berlangsung begitu cepat dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Aku masih tertegun berdiri di atas tempat mayat wanita cantik berambut pirang yang tewas mengenaskan itu. Wajahnya masih terbayang jelas di kepalaku. Sungguh malang sekali nasibmu, pikirku dalam hati.
Saat tersadar dari lamunanku, kuperhatikan ketiga petugas security yang tadi ada di ruangan sudah tak ada di tempat. Aku segera menyusulnya keluar, tapi tak ada juga. Aku lantas diam sejenak dibelokan jalan menuju lift.
Aku masih bingung dengan pikiranku sendiri. Kemana perginya ketiga petugas security tadi? Kenapa mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Kalau pun mereka mau pergi, harusnya mereka bilang dulu padaku, pikirku dalam hati.
Tiba-tiba ada sebuah benda keras menghantamku dari arah belakang. Kepalaku langsung pusing tujuh keliling. Tubuhku yang tambun pun terhuyung-huyung. Belum sempat menoleh ke belakang, sebuah pukulan keras kembali menghantam kepalaku. Kali ini aku benar-benar terjatuh sehingga wajahku mencium lantai. Selanjutnya semuanya menjadi gelap. Ibarat sinar lampu yang kehilangan daya di tengah kegelapan malam.
***