Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kamar 13.09

6 April 2020   15:19 Diperbarui: 6 April 2020   15:25 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kamar Hotel 13.09 (Sumber: tripadvisor.co.id)

Perlahan-lahan pintu kamar itu dibuka. Kami semua merasa tegang dan tetap berjaga-jaga segala kemungkinan.

Ternyata kamar itu kosong, persis seperti yang dijelaskan petugas lobi hotel. Tak ada mayat, bercak darah, atau tanda-tanda telah terjadi kekerasan di sana.

"Kosong Pak. Tak ada apa-apa," ujar salah seorang petugas security setelah memeriksa semua sudut ruangan di kamar itu.

Aku bingung sendiri. Apa sih sebenarnya yang sedang terjadi? Pikirku dalam hati. Kemana perginya mayat yang tadi ada di sini? Lantas, pembunuh tadi pergi kemana? Tanyaku lagi dalam hati.

Salah seorang petugas security menjelaskan padaku kalau di kamar 13.09 pernah terjadi peristiwa pembunuhan tragis. Peristiwa itu terjadi tiga tahun silam, setelah keduanya terlibat pertengkaran hebat. Korbannya istri simpanan seorang mantan pejabat di sebuah kesatuan TNI. Istrinya dibunuh menggunakan pisau komando, kemudian sang pelaku bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 13 gedung hotel tersebut.

Sejak peristiwa pembunuhan tersebut, kamar 13.09 dibiarkan kosong, soalnya tak ada tamu yang berani menghuninya. Pernah dulu ada yang coba-coba tidur di sini, malamnya dia diganggu makhluk astral yang menyerupai korban dengan wajah yang menyeramkan. Sejak saat itu tak satupun orang mau menginap di kamar ini.

Terus terang, aku masih belum yakin dengan apa yang baru terjadi. Semuanya berlangsung begitu cepat dan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Aku masih tertegun berdiri di atas tempat mayat wanita cantik berambut pirang yang tewas mengenaskan itu. Wajahnya masih terbayang jelas di kepalaku. Sungguh malang sekali nasibmu, pikirku dalam hati.

Saat tersadar dari lamunanku, kuperhatikan ketiga petugas security yang tadi ada di ruangan sudah tak ada di tempat. Aku segera menyusulnya keluar, tapi tak ada juga. Aku lantas diam sejenak dibelokan jalan menuju lift.

Aku masih bingung dengan pikiranku sendiri. Kemana perginya ketiga petugas security tadi? Kenapa mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Kalau pun mereka mau pergi, harusnya mereka bilang dulu padaku, pikirku dalam hati.

Tiba-tiba ada sebuah benda keras menghantamku dari arah belakang. Kepalaku langsung pusing tujuh keliling. Tubuhku yang tambun pun terhuyung-huyung. Belum sempat menoleh ke belakang, sebuah pukulan keras kembali menghantam kepalaku. Kali ini aku benar-benar terjatuh sehingga wajahku mencium lantai. Selanjutnya semuanya menjadi gelap. Ibarat sinar lampu yang kehilangan daya di tengah kegelapan malam.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun