Wajah mereka kok terlihat pucat semua  ya? Ah, peduli amat! Toh aku tak mengenal mereka, pikirku dalam hati.
Dalam lift aku sendirian. Setelah menekan angka 13, lift pun bergerak ke atas. Mendadak tercium aroma wangi bunga, semakin lama aromanya semakin tajam. Seperti aku kenal dengan wangi bunga ini. Kalau enggak salah, ini bunga kantil yang biasa ditanam di area pemakaman umum. Hotel segini bagusnya kok pakai pewangi bunga kuburan ya?, gumamku dalam hati.
Lift terus melaju. Semantara itu aku mencoba bersenandung untuk mengurangi rasa takutku. Tentu saja lagu yang kunyanyikan bukan lagu anak muda zaman now, tetapi lagu zaman baheula berjudul "Senja Dibatas Kota" yang pernah dinyanyikan artis legendaris Erni Djohan tahun 60-an.
Tak lama kemudian pintu lift terbuka. Tiga orang wanita tua dengan setelan pakaian kebaya tahun 60-an  berdiri persis di depan lift. Rambut mereka semuanya panjang terurai dengan tatapan mata kosong. Tanpa ada yang berkata sedikitpun mereka masuk secara perlahan. Aku menyelinap di antara ketiganya dengan perasaan tak karuan.
Ah, kenapa penghuni hotel ini kok serem-serem ya? Pikirku dalam hati.
Aku terus saja berjalan menelusuri koridor hotel berkarpet merah tersebut sambil meneliti satu persatu nomor kamar yang tertera di sana. Tampaknya lokasi kamarku berada di ujung.
Benar tebakanku. Posisi kamar memang berada di ujung gang. Segera kubuka pintu kamar dengan kartu elektronik. Pintu terbuka dan aku segera merebahkan diri di kasur yang empuk, masih dengan sepatu yang belum kulepas, kecuali tas gendong yang kubawa. Mungkin karena lelah, maksud hati cuma ingin rebahan sejenak, tapi justru aku tertidur pulas. Entah berapa lama aku tertidur, sampai sebuah hentakan keras di pintu membangunkanku.
"Praaaaak ...daaar .... praak ....." Terdengar suara sesuatu yang dilempar keras dan sepertinya mengenai pintu kamar hotelku.
Aku sontak kaget dan langsung terbangun. Ada apa ini? Ujarku dalam hati.
"Dasar bajingan! Enyah kau dari kehidupanku!" Terdengar suara seorang wanita berteriak keras.
"Dasar wanita tak tahu diuntung. Kamu lupa berasal dari mana? Kalau tidak kupelihara, kamu sudah jadi sampah!" balas seorang pria dengan suara keras sedikit serak.