"Logat Bapak khas banget. Sunda pisan Pak," jawabnya jujur sambil tersenyum kecil.
Kami berdua pun terlibat obrolan ngalor-ngidul, mulai membahas soal kemacetan Jakarta, kebijakan Gubernur Anies Baswedan, sampai urusan dunia usaha yang kian sepi akhir-akhir ini. Semua kami bahas sekenanya. Gak apa-apalah yang penting bisa mengisi kekosongan daripada diam saja, pikirku dalam hati.
Sambil berjalan, aku memesan kamar hotel menggunakan aplikasi online. Situasi di jalan saat itu tidak begitu padat sehingga perjalananku menuju Hotel Arjuna relatif lancar. Hanya memakan waktu sekitar 45 menit, kami pun sampai di tujuan.
Aku segera membayar jasa taksi dengan memberi uang lima puluh ribuan. Nilai yang tercantum dalam aplikasi Android cuma sebesar 47.500 rupiah.
"Duh, maaf Pak. Belum ada kembaliannya. Kalau bisa pake uang pas aja," kata sopir taksi itu ramah.
"Gak apa-apa Pak. Ambil saja kembaliannya," jawabku sambil keluar dari dalam taksi.
Aku bergegas masuk ke dalam sebuah hotel berbintang empat yang terbilang asri. Hotel yang berlokasi di Jakarta Barat ini kondisi cukup baik. Aku sudah sering mampir ke sini, terutama kalau sedang ada urusan di daerah ini.
Seperti biasa, setibanya di lobi hotel, aku tak langsung menuju tempat reservasi. Aku justru menuju sofa yang banyak terpasang di sana. Sengaja aku memilih posisi yang agak diujung biar sedikit privasi. Aku ingin rehat sejenak sambil ingin menghubungi istriku di Bandung.
Tas yang bersandar di punggungku segera kulepas biar nyaman. Kemudian aku duduk bersandar di sofa, sambil meraih handphone-ku yang tersimpan di saku depan celana jeans-ku. Aku pun segera menelepon istriku untuk mengabarinya kalau aku sudah sampai di Jakarta.
Telepon berdering beberapa kali, tapi tak ada sautan sama sekali. Tiba-tiba kulihat ada seorang gadis cantik berambut pirang sebahu sedang berjalan menuju tempatku duduk sambil menyeret koper jinjing berwarna merah marun.
"Permisi Pak. Boleh ikut bergabung duduk di sini?" Sapanya dengan nada lembut.