Kembali aku pencet tombol penutup pintu lift dengan tergesa-gesa dan menekan tombol menuju lobi hotel. Sempat kulihat pria itu berusaha bangkit kembali dengan wajah penuh amarah ketika pintu lift hampit tertutup dengan sempurna.
Aku tak habis pikir kenapa harus mengalami hal seperti ini. Mimpi apa aku semalam? Â Apa salahku? Pikirku dalam hati. Baru kali ini aku merasakan menunggu sampai ke bawah di dalam lift terasa lama sekali.
Saat pintu terbuka, aku langsung lari menuju loi hotel. Saat itu suasana di sekitar lobi sepi sekali. Aku tak tahu ini jam berapa, tapi sepertinya sudah tengah malam. Hanya ada dua orang petugas yang terlihat di sana. Satu orang sedang berdiri sambil menerima telepon, sedangkan seorang lagi tengah asyik memeriksa buku tamu.
Mendengar suara langkahku berlari ke arah mereka membuat mereka tampak terkejut. Apalagi tubuhku bersimbah darah dengan wajah penuh ketakutan.
"Tooloooong ... tooloooong ...ada pembunuhan Pak!" Teriakku kencang sambil terengah-engah menuju ke arah mereka.
Kedua petugas itu terpana melihat kondisiku. Mereka sontak menghentikan aktivitasnya.
"Ada apa Pak? Apa yang terjadi?" Ujar pria  muda berkaca mata minus yang tadi sedang memeriksa buku tamu.
"Iya Pak ....Ada apa ya? Kenapa baju Bapak penuh darah?" Timpal petugas satu lagi yang tadi sedang menelepon.
"Ada pembunuhan di Kamar 13.09 Pak. Saya saksinya Pak. Pembunuhnya tadi mengejar saya dan berusaha untuk membunuh saya juga. Untung saya berhasil kabur Pak. Tolong Pak, segera periksa," ujarku memohon agar petugas tersebut memeriksa laporanku.
"Kamar 13.09?" Ujar kedua petugas hotel itu hampir bersamaan.
"Benar Pak! Ayo kita segera ke sana. Tolong panggil security Pak. Cepat Pak!" Ujarku dengan nada ketakutan.