"Pergi sana! Aku muak hidup bersamamu. Aku ingin bebas. Bosan berada dibawah ketiakmu terus," balas wanita itu tak kalah sengitnya.
Aku hanya bisa berdiam dan berusaha mengintip dari lubang pintu hotel. Namun, tak satu senti pun yang bisa kulihat. Suasana sepertinya semakin menegangkan. Lalu kembali terdengar suara benda-benda yang dilempar. Bunyinya keras sekali. Tiba-tiba terdengar teriakan dari wanita itu.
"Ja ...jangaaan ...ampuuun. Lepaskan a ..a..aku," mohon wanita itu.
"Rupanya ini ya maumu!" Ujar pria itu penuh amarah.
Suasana mendadak jadi hening. Aku mencoba memberanikan diri membuka pintu, ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Perlahan-lahan pintu kubuka. Terlihatlah pemandangan yang mengerikan dan menyayat hati.
"Astagfirullah!" Cuma sepatah kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
Depan pintu kamarku terlihat sepatu wanita dan handphone yang pecah berantakan. Hal yang lebih mengerikan lagi, terlihat sosok wanita bersimbah darah tergeletak di dekat pintu kamar 13.09 yang telah terbuka lebar. Letak kamar ini memang persis berseberangan dengan kamarku.
Aku benar-benar merasa terperanjat, bingung bercampur takut. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Sementara darah segar terus mengalir dari tenggorokan wanita itu.
Aku mencoba mendekatinya ingin memeriksa keadaannya dari dekat untuk memastikan dia masih hidup atau sudah mati.
Ya Allah ...Bukankah ini wanita yang tadi bertemu denganku di lobi? Mana pria berambut cepak yang tadi pergi bersamanya? Pikirku dalam hati.
Baru saja kusentuh lengan wanita itu untuk memastikan dirinya masih hidup atau sudah mati, tiba-tiba pria yang kucari muncul dari dalam kamar mandi. Lengan kanannya masih memegang pisau yang bersimbah darah. Sontak saja aku terkejut. Tanpa pikir panjang aku langsung berdiri dan mundur beberapa langkah ke belakang.