"Oh, silakan Mbak. Kursinya kosong kok," jawabku mempersilakannya duduk.
Tak lama kemudian ada telepon balik dari istriku. Aku segera mengangkatnya. Lantas kamipun terlibat percakapan singkat. Aku mengabarkan bahwa aku sudah sampai di jakarta dan sedang berada di lobi hotel. Sementara istriku mengabarkan kalau tadi dirinya sedang berada di kamar mandi sehingga telepon dariku tak diangkat. Dia juga mengabarkan kalau anak-anak di rumah baik-baik saja, aman terkendali.
"Sendirian aja mbak," sapaku pada wanita muda itu.
"Eh, iya Pak. Saya sedang nungguin teman. Kami sudah janjian. Ada suatu urusan yang sedang kami selesaikan," ujarnya dengan mimik wajah sedikit gelisah.
"Semoga urusannya selesai ya Mbak," jawabku singkat.
Pandang wanita muda itu lalu kembali tertuju ke layar handpone-nya, sambil jemari lentiknya mengetik sesuatu. Selang 15 menit kemudian, datang seorang pria tinggi besar dengan rambut agak cepak. Usianya sekitar lima puluhan, berwajah oval, tanpa kumis dan jenggot dengan sorot matanya yang tajam. Dia segera mendekati wanita yang duduk di sampingku.
"Ayo kita check in. Tadi kamarnya sudah ku-booking. Kita bahas urusannya di kamar!" Ujar pria misterius itu dengan nada kurang ramah.
Wanita itu menoleh ke arahku sejenak sambil bangkit dari tempat duduknya. Dia mengangguk sebentar untuk menyatakan "permisi" dan segera berlalu menuju tempat reservasi.
Aku terdiam sejenak. Banyak pertanyaan bergejolak dalam benakku. Namun, itu semua aku tepis. Ah, ini kan bukan urusanku. Ngapain harus repot, pikirku dalam hati.
Setengah jam kemudian aku menuju tempat reservasi hotel dan segera check in. Aku mendapat kamar no. 13.08. Setelah admistrasi beres, aku segera melenggang menuju pintu lift yang terletak di sebelah Selatan.
Kebetulan saat itu cuma aku sendiri yang sedang ingin naik lift. Setelah menekan tombol naik, tak lama pintu terbuka. Lima orang keluar dari dalam lift, tiga wanita muda dan dua pria setengah baya dengan wajah sedingin salju. Tak seorang pun di antara mereka ada yang tersenyum.