Anehnya, kedua petugas itu justru saling bertatapan. Wajahnya terlihat seperti orang bingung.
"Maaf Pak. Apakah Bapak enggak salah lihat?" Ujar pria yang rambutnya sedikit pendek.
"Tidak Pak. Benar kejadiannya di Kamar 13.09. Kamar itu persis di depan kamar saya, 13.08," ujarku dengan mimik serius sambil menahan sakit di lenganku yang terluka.
"Tapi ....tapi ...itu kamar kosong Pak. Mana mungkin ada penghuninya. Sudah tiga tahun kamar itu sengaja kami kosongkan," jawab petugas yang berkumis tipis penuh keheranan.
"Buat apa saya bohong Pak. Lihat saja sendiri keadaan saya. Mana mungkin saya berbohong Pak," jawabku dengan nada agak kesal.
Lima menit kemudian aku ditemani dua tiga orang petugas security hotel bergegas ke lift untuk menuju ke lantai 13. Selama dalam lift, tak ada seorang pun yang bicara. Ketiga security yang mendampingiku terlihat serius sambil membawa pentungan untuk berjaga-jaga.
Pintu lift terbuka. Tidak terlihat ada yang mencurigakan. Kami pun segera menuju kamar 13.09. Anehnya, suasana di sini hening sekali. Tak ada siapa-siapa di sana. Semantara itu kembali tercium aroma bunga kantil menyeruak mengganggu hidungku yang peka.
"Ini kamarnya?" Tanya salah seorang petugas security kepadaku.
"Iya Pak," jawabku datar penuh keheranan.
Betapa tidak. Kamar 13.09 masih tertutup rapat. Begitu juga kamarku. Padahal kedua kamar itu tadi terbuka lebar.
"Ayo kita periksa!" Ujar salah seorang di antara ketiga security itu.