Mohon tunggu...
Julianda
Julianda Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RMS SURAKARTA/MAHASISWA

tenis meja

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku "Menapak Jejak Poligami Nabi SAW" Karya Abdul Mutakabbir

14 Maret 2024   11:10 Diperbarui: 14 Maret 2024   11:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

            Salah satu pendapat yang paling diterima adalah bahwa suami pertama Zainab adalah Tufail ibn Haris ibn 'Abd al-Muttalib, yang kemudian menceraikannya karena dianggap mandul. Kemudian, 'Ubaidah ibn Haris, adik kandung Tufail, menjadi suaminya, tetapi ia wafat dalam perjalanan rumah tangganya. Setelah kematian 'Ubaidah, Nabi Muhammad SAW menikahinya sebagai tanda prihatin atas nasib yang menimpanya, yaitu sebagai seorang perempuan yang dikenal sejak kecil karena sifat baik dan kelembutan hatinya terhadap semua orang, terutama kaum miskin. Selain alasan yang telah disebutkan, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Zainab bint Khuzaimah juga bertujuan untuk memberikan motivasi, memajukan, dan memberikan peran kepada kaum perempuan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, terutama di tengah masyarakat yang dipenuhi oleh pandangan patriarki yang meremehkan peran kaum perempuan, memandang mereka hanya sebagai pelengkap hidup tanpa nilai yang penting, bahkan kelahirannya sering dianggap sebagai aib bagi keluarga. Zainab bint Khuzaimah, yang disebut sebagai umm al-masakin (ibu kaum miskin), adalah seorang yang terhormat di kalangan Quraisy, yang selalu memberikan perhatian kepada anak yatim dan orang miskin.

Jika pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Zainab bint Khuzaimah dilihat dari konteks saat ini, tujuannya sebenarnya sejalan dengan upaya emansipasi wanita (gender) seperti yang ditekankan oleh sebagian kalangan dewasa saat ini. Konsep emansipasi wanita sudah ada sejak awal perkembangan Islam, yang memberikan kehidupan yang lebih baik kepada kaum perempuan, membebaskan mereka dari perbudakan, serta memberikan kesempatan untuk berkembang dan berkreasi sesuai dengan fungsi dan kemampuan mereka sebagai perempuan.

Rumah Tangga Monogamis 

Isteri Keenam : Zainab Binti Jahsy

            Zainab lahir di Mekah dua puluh tahun sebelum kenabian (21 SH). Ayahnya, Jahsy ibn Ri'ab, adalah seorang pembesar Quraisy yang dermawan dan memiliki akhlak mulia. Dalam lingkungan keluarga yang terhormat, Zainab tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, namanya adalah Barrah, namun setelah menikah, namanya diganti menjadi Zainab. Nama lengkapnya adalah Zainab bint Jahsy ibn Ri'ab ibn Ya'mar ibn Sarah ibn Murrah ibn Kabir ibn Gham ibn Dauran ibn Asad ibn Khuzaimah. Zainab awalnya menolak untuk menikahi Zaid setelah pernikahan pertamanya yang bahagia dengan dia. Namun, instruksi dari Nabi Muhammad, yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan, membuatnya mempertimbangkan kembali. Zainab akhirnya setuju untuk menikahi Zaid sebagai bentuk patuh terhadap petunjuk Tuhan, meskipun awalnya menentangnya. Pernikahan ini disampaikan kepada masyarakat sebagai pesan bahwa di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan antara individu berdasarkan latar belakang atau status sosial mereka, yang penting adalah takwa kepada-Nya.

            Setelah beberapa waktu bersama, Zaid dan Zainab menyadari ketidakcocokan di antara mereka yang tidak dapat mereka atasi, sehingga mereka memutuskan untuk berpisah secara damai. Beberapa waktu setelah perpisahan mereka, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menikahi Zainab, sebagai bagian dari pembatalan praktik yang berlaku di zaman Jahiliyah yang memperlakukan anak adopsi sebagaimana anak kandung dalam semua hal. Islam menganggap anak adopsi berbeda dari anak kandung, karena mereka tidak memiliki hubungan darah atau nasab yang sama. Oleh karena itu, warisan dan pernikahan antara mereka tidak diperbolehkan. Tindakan Nabi Muhammad menikahi Zainab, yang sebelumnya telah menikah dengan Zaid, menegaskan bahwa dalam Islam, hukum melarang seorang ayah (biologis) untuk menikahi mantan istri anaknya, karena mantan istri anak dianggap sebagai bagian dari keluarga dengan ikatan pernikahan yang sama.

Rumah Tangga Monogamis 

Isteri Ketujuh : Umm Salamah

            Umm Salamah lahir pada tahun kedua puluh empat sebelum dimulainya kenabian Nabi Muhammad (24 Sebelum Hijriah). Dia dibesarkan dalam lingkungan bangsawan suku Quraisy, dengan ayahnya bernama Suhail ibn Mugirah ibn Makhzum. Suhail terkenal sebagai orang yang dermawan dan sering menerima tamu serta musafir dengan baik. Salamah menikah pertama kali dengan Abdullah ibn Abd al-Asad, yang dikenal dengan nama Abu Salamah. Abdullah merupakan seorang pemberani, ahli berkuda yang ulung, dan dihormati sebagai salah satu tokoh utama suku Quraisy. Beberapa waktu kemudian, Nabi Muhammad mendengar bahwa Bani Asad berencana menyerang umat Muslim. Sebagai tindakan pencegahan, Nabi memilih kembali Abu Salamah sebagai komandan untuk menghadapi serangan tersebut. Dengan kepemimpinan Abu Salamah, pasukan Muslim berhasil meraih kemenangan gemilang dan mengalahkan Bani Asad.

            Alasan Nabi menikahi Umm Salamah adalah untuk membantu dan meningkatkan nasib seorang janda yang lemah dan memiliki banyak anak kecil, serta untuk mencegahnya terjerumus dalam kemiskinan. Selain itu, pernikahan ini dimaksudkan untuk memberikan tempat tinggal yang aman bagi Umm Salamah dan agar ia tidak merasa sendirian setelah kepergian suaminya yang gugur dalam perang Uhud. Nabi juga menganggap sebagai tanggung jawabnya untuk menanggung penderitaan semua keluarga para syahid.

Rumah Tangga Monogamis 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun