Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Klappertaart

2 November 2017   12:17 Diperbarui: 2 November 2017   12:38 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ok, selamat datang di daerah kami. Untuk menuju Selacai, tinggal naik angkot warna putih. Eh, tapi, masih ada gak ya?" kata Rey sambil tetap duduk di atas motor, lalu melirik jam tangannya untuk memastikan. "Kita tunggu saja, semoga masih ada," lanjutnya.

"Memangnya angkutan di sini tidak 24 jam?" tanya Ratri sedikit cemas. Pandangannya lekat ke arah lelaki muda yang ada di hadapannya, berharap lelaki berkulit cerah dan berambut potongan pendek rapi itu menjawab tidak. Terbayang olehnya jika angkutan untuk menuju alamat, benar-benar sudah tidak ada. Bagaimana nasibnya nanti? Dia tidak mau kalau sampai harus terdampar di situ.

"Kalau trayek tertentu masih ada, tapi, kebetulan ke Selacai tidak termasuk. Ini kota kecil, jadi aktifitas warga tidak sesibuk di kota-kota besar."

"Mmm," Ratri hanya menggumam, lalu menarik napas dalam, mungkin untuk membuang gundah yang masih sulit dihempaskan. "Kalau taxi, atau angkutan lain?" tanyanya kemudian.

"Di sini, taxi atau angkutan online lainnya masih belum ada, paling juga ojek, tapi kalau sudah sore begini, biasanya sudah kembali ke garasi. Ada sih yang masih narik, tapi sedikit."

Lagi-lagi, Ratri hanya menghela napas. Resah masih saja membayangi.

"Memangnya belum pernah ke sini sebelumnya? Kamu dari mana asalnya?" tanya Rey. Meski terdengar sekedar basa-basi, tapi sesungguhnya dia bertanya dengan serius.

"Pernah sih dulu, waktu kecil, sama Ibu. Tapi sudah lupa," jawab Ratri seraya menerawang. "Eyang Sasmita itu kakekku, ayah dari Ibu. Tapi, Ibu ikut Ayah ke Kalimantan, jadi jarang pulang ke sini. Nah, mumpung libur sekolah, aku ingin mengunjungi Kakek. Sengaja tidak memberi tahu terlebih dahulu, biar kejutan. Tapi, malah aku yang bingung sekarang."

"Hehe," Rey terkekeh. "Jadi, orang sini tidak ada yang tahu, kalau kamu akan datang? Termasuk saudara-saudara yang lain? Paman, Bibi, atau sepupu, mungkin?"

Ratri menggeleng. "Aku bahkan tidak tahu nomor kontak mereka, yang ada hanya nomor Bi Asih, tapi dihubungi dari tadi selalu tidak aktif. Mungkin, kalau bertemu juga sudah lupa, soalnya pas dulu ketemu masih kecil banget."

Rey kembali terkekeh. "Kamu berani, ya? Perempuan, dari Kalimantan sendirian ke Pangandaran. Hebat, hebat," katanya sambil mengacungkan dua jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun