"Tuh kan, kita emang gak punya waktu, besok pasti gak akan keburu," Rey menarik kesimpulan. "Ya udah, nanti aja kalau kamu ke sini lagi," lanjutnya memberi keputusan.
Kali ini, Ratri yang menghentikan langkah dan kembali menatap lekat ke arah Rey, yang akhirnya ikut berhenti juga. Gurat kecewa yang tiba-tiba muncul, tak bisa lagi disembunyikan agar tak nampak di wajah. Tapi, mau tidak mau, harus bisa menerima keputusan itu. Dia harus menyadari, keputusan itu juga karena dirinya yang tak punya waktu untuk pergi. "Ya, deh," Ratri berucap dengan terpaksa. "Tapi, janji, ya? Nanti ajak aku," lanjutnya meminta kepastian.
Rey tersenyum lalu mengangguk. "Iya, janji," ucapnya tegas.
Ratri menghela, ada rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh, hatinya lega. "Baiklah, aku pun janji, liburan akhir tahun pelajaran depan, akan kembali ke sini," katanya tak kalah tegas.
"Serius?" Rey berseru, wajahnya berbinar, seolah awan kelabu itu sudah hilang tersapu angin.
"Iya, serius," Ratri meyakinkan.
"Bener, ya?" tanya Rey lagi, seolah masih belum percaya. "Aku tunggu, lho!"
"Iya, bener!" ucap Ratri sangat yakin sambil mengacungkan telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, membentuk huruf V. Di bibirnya terbentuk segaris senyum.
Mendengar jawaban Ratri yang begitu mantap, Rey lantas berlari ke arah laut, lalu berhenti di batas air, dan berteriak lantang, "Hai ombak, pasir, karang dan ikan-ikan! Dengarkan aku, Ratri sudah janji, liburan tahun depan, akan kembali ke sini!"
Demi melihat tingkah Rey, Ratri hanya tertawa-tawa.
"Kok ketawa?" tanya Rey, begitu sudah kembali mendekat.