Masalah kembali muncul dimana diantara kami bertiga yang memiliki aplikasi grab hanya Kyla namun baterai HP nya hanya tinggal 2%. Namun Kyla tetap mencoba untuk tetap memesannya, kami bertiga terus berjalan dengan perasaan cemas karena takut jika kami tidak bisa pulang kembali kerumah. Karena sudah pasti Damri sudah tidak akan lewat lagi sehingga jalan satu-satunya untuk kami bisa pulang adalah dengan menaiki kereta. Akhirnya setelah beberapa menit Kyla berhasil memesan Grab dengan tujuan Stasion kereta api Bandung. Kami bertiga pun menunggu dengan perasaan tenang sedikit berharap agar Grab nya segera datang. Senyum kami mengembang ketika mobil grab yang kami pesan datang. Setelah memastikan plat nomor yang ada dan mencegah ada barang-barang yang tertinggal kami pun masuk ke dalam mobil Grab menuju stasion kereta api.
Dimobil kami bertiga tidak terlalu banyak bicara dikarenakan kejadian tadi, kami semua sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku sungguh beruntung karena bisa lolos dari kejaran bapak tua yang berpura-pura tidak bisa bicara tersebut. Aku tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi ketika kami tidak melarikan diri. Kami pun akhirnya sampai di depan stasion kereta api. Setelah sampai kami melihat bahwa antrian untuk memesan tiket sangatlah penuh, namun hal itu tidak membuat kami khawatir sama sekali kami menunggu dengan tenang sambil bercanda satu sama lain. Setelah akhirnya tiket kereta sudah kami dapatkan kami pun bergegas menuju ruang tunggu. Perasaan cemas kami sudah berkurang, entah mengapa suasana sore itu menjadi begitu hangat ditambah dengan keindahan matahari yang sudah siap untuk tenggelam bersamaan dengan cahaya yang semakin menghilang tergantikan dengan gelapnya malam. Hari itu sangatlah berkesan untukku, aku merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna karena memiliki sahabat seperti mereka juga Bunga Oktavia yang saat itu tidak bisa ikut.
Bukankah menyedihkan ketika memikirkan bagaimana dalam 5 sampai 7 tahun kedepan aku dan mereka akan memiliki kehidupan kami sendiri, dan kami perlahan akan mulai berpisah satu sama lain tanpa disadari. Seperti suatu hari nanti kami akan memiliki masa-masa terakhir yang biasanya kami lakukan bersama-sama. Seperti hangout terakhir, bernyanyi, melakukan hal bodoh, bahkan menangis. Aku benar-benar bersyukur karena dipertemukan oleh mereka sebagai seorang sahabat dimana ketika aku bersama mereka aku bisa menjadi diri ku sendiri yang apa adanya. Biarlah kedepannya kami bisa saling terus mendukung, dan juga memperbanyak pengalaman-pengalaman dalam hidup ini. Sekarang semua hal itu sudah menjadi sesuatu yang tak terkembalikan dan hanya bisa dirindukan : kenangan.
Sebelum kami berpisah menuju rumah masing-masing kita pun saling berpelukan sebagai penutup hari tak terduga namun indah itu. Apa yang telah terjadi membekas dihati menjadi pengalaman indah untuk di kenang. Sebagai sebuah bentuk pembelajaraan juga untuk selalu berjaga-jaga dimana pun kita berada karena kita tidak akan pernah tahu hal apa yang akan terjadi kedepanya. Terimakasih untuk hak terduga namun membekas relung hati ini.
Sinar matahari siang itu entah mengapa terasa berbeda dari biasanya, rasanya kota Bandung seperti sedang menjadi pusat dari tata surya dengan panasnya yang membuat bulir keringat terjatuh dari peluh setiap orang yang lewat menuju tujuan mereka masing-masing. Namun hal itu tidak mengurangi kegembiraan yang sedang aku rasakan, karena sebuah janji pertemuan untuk bertemu dengan sahabat-sahabatku. Aku dengan semangat menunggu kedatangan mereka di depan stasiun kereta api yang sudah ramai diisi oleh manusia-manusia yang terlihat sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga dua orang muncul di antara semua itu dengan sedikit berlari untuk menghampiri ku. Salah satu hal yang sangat aku syukuri dari sekian banyak kebaikan yang Tuhan beri dalam hidupku adalah bagaiamana aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka sebagai sahabatku.
"Kalian lama banget sih, nyampe nya." ucap ku kepada mereka yang sedang menyampirkan tas masing-masing.
"Ya maaf, tadi kami terjebak macet sedikit." Kyla berkata seperti itu sambil menyampirkan anak rambutnya yang sedikit menghalangi ketika ia berbicara.
Setelah itu kami pun berjalan menuju loket untuk memesan tiket dari Padalarang menuju Bandung. Selagi menunggu keberangkatan kami duduk sambil bercanda gurau, hingga kereta pun tiba dan kami bersama penumpang yang lain berbondong-bondong masuk ke dalam. Semuanya tampak menyenangkan selama diperjalanan kami menikmati momen kebersamaan itu dengan baik.
Selagi bercanda gurau aku juga tidak lupa memotret dan merekam setiap moment yang bersatu dengan pemandangan indah sepanjang jalan. Semua orang yang ada disana menikmati perjalanan dengan baik, ada yang hanya duduk berdiam diri, ada pula yang tidur namun sambil mendengarkan musik menggunakan earphone. Berbanding terbalik dengan kami bertiga yang selalu berisik karena candaan-candaan konyol yang kami buat. Akibat terlalu menikmati waktu perjalanan kami tidak sadar bahwa kami sudah sampai di tujuan kami. Kami pun turun dari kereta api lalu melanjutkan perjalanan kami menuju bagian luar stasiun untuk memesan grab menuju mall BIP.
"Eh kita mau kemana dulu nih ? mau nonton dulu apa makan dulu guys." tanya Kyla ketika kami sudah masuk ke dalam mobil grab.
"Mending kita jalan-jalan dulu kalian harus temenin aku nyari celana dulu ya." ucap Kika.