Ilmu Fiqih: Untuk memahami hukum-hukum Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Ilmu Hadis: Untuk mengetahui hadis-hadis yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, terutama yang bersifat mujmal (global).
Ilmu Mauhibah: Ilmu ini merujuk pada kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah SWT kepada mufassir, seperti ketajaman akal, keikhlasan, dan hikmah dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an.
B. Adab-adab Seorang Mufassir
Allah menjadikan al-Qur'an sebagai dasar pedoman kehidupan bagi umat manusia di samping adanya sunnah. Olehkarenanya, tidak diperbolehkan bagi siapapun menafsirkan suatu ayat al-Qur'an tanpa memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh para ulama. Sebagaimana yang telah disinggung di awal, selain syarat-syarat yang berkenaan dengan akademik, mufassir juga harus mempunyai etika yang patut ada pada mufassir.Â
Orang dengan pengetahuan akademik yang kaya tanpa dibarengi dengan etika yang patut diteladani akan sulit dipercaya oleh orang lain akan kekayaan ilmunya tersebut. Para ulama juga merumuskan etika atau yang sering dikenal dengan sebutan adab al-mufassir yang harus dimiliki olehseorang mufassir. Manna' Khalil al-Qattan mengatakan terdapat 11 adab yang harus dimiliki mufassir:Â
- Berniat baik dan bertujuan benar, Seorang mufassir hendaknya mempunyai tujuan dan tekad untuk kebaikan umum, berbuat baik kepada Islam, dan membersihkan diri dari tujuan-tujuan duniawi agar Allah meluruskan langkahnya dan memanfaatkan ilmunya sebagai buah keikhlasannya
- Berakhlak baik, Seorang mufassir layaknya seorang pendidik yang harus bisa menjadi panutan yang diikuti oleh didikannya dalam hal akhlak dan perbuatan. Kata-kata atau perbuatan yang kurang baik menyebabkan siswa enggan memetik manfaat dari apa yang diajarkan oleh pendidik
- Taat dan beramal, Ilmu akan lebih dapat diterima melalui orang yang mengamalkan ilmunya daripada melalui orang yang berpengetahuan tinggi akan tetapi tidak mengamalkannya. Dan perilaku mulia akan menjadikan mufassir sebagai panutan yang baik bagi pelaksanaan masalah-masalah agama yang ditetapkannya
- Berlaku jujur dan teliti, Dengan berlaku jujur dan teliti, mufassir tidak akan berbicara dan menulis kecuali telah menyelidiki apa yang diriwayatkannya. Sehingga dengan cara tersebut akan terhindar dari kesalahan dan kekeliruan.
- Tawadhu' dan lemah lembut, Dengan tawadhu' dan lemah lembut akan menghantarkan seorang alim pada kemanfaatan ilmunya.