"Jangan-jangan kita yang mengecil ya, Haura?"
Haura menggelengkan kepala. Dia terlihat bingung. Lalu dilihatnya pohon tua tempat mereka berteduh.
"Pohon ini besar dan tinggi. Tapi sepertinya wajar sih," ucapnya lirih.
Dia menatap sekelilingnya. Tampaklah bunga mawar dan melati di seberang jalan. Akhirnya dia mengajak Dila untuk mendekati bunga mawar dan melati itu. Tujuannya untuk meyakinkan kalau istana kue memang menjadi besar atau mereka berdua yang menyusut dan menjadi kecil.
Mereka berlari kecil dan cepat sampai di dekat bunga mawar dan melati.
"Wah, kita tetap normal, Haura!" ucap Dila, saat menyadari kalau ukuran bunga mawar dan melati itu wajar. Sesuai yang mereka lihat sehari-hari.
"Tapi, kenapa istana kue kita bisa membesar?" tanya Haura keheranan.
"Istana itu menjadi tempat berteduh dan tinggal orang banyak, anak-anak cantik. Kalian sebagai pemiliknya tidak pelit. Makanya hati istana kue itu senang dan akhirnya menjadi luas."
"Maksudmu apa, Kelinci?"
Haura dan Dila penasaran, kenapa Kelinci itu mengetahui kalau mereka berdua adalah pemilik istana kue.
"Tadinya istana kue itu kecil sekali. Tapi kalian baik hati, menampung binatang-binatang kecil seperti semut, lebah, dan lainnya. Ukuran istana menjadi besar. Semakin banyak penghuni istana, istana pun semakin luas."