"Ayo kita membuat istana kue!"Â
Dila mengajak Haura membuat istana kue. Bukan tanpa alasan. Mereka sedang membawa plastisin. Plastisin itu dibentuk menjadi aneka kue yang cantik. Warna-warni.
Kebetulan plastisin yang dibawa cukup banyak. Jadi, kue-kue yang dibuat pun banyak, meski dengan ukuran kecil-kecil.
Dila dan Haura terlihat senang bermain kue berbahan plastisin itu. Kue-kue itu disusun menjadi sebuah istana.
Mereka berdua tak lelah bermain dan mengobrol. Dalam pikiran mereka, mereka berpetualang di Istana kue yang besar dan megah. Hingga mereka kelelahan. Rasa kantuk pun tak dapat mereka tahan.
Dengan semilir angin di bawah pohon tua, mereka tertidur pulas. Namun mereka harus terjaga karena ada seekor kelinci lucu yang mendekat. Kelinci itu menyentuh tangan Dila dan Haura.
"Halo, anak-anak cantik. Bangunlah!"
Dila dan Haura mau tak mau membuka mata. Tampaklah kelinci putih yang lucu. Di belakangnya ada sebuah pemandangan yang membuat mereka berdua takjub. Sebuah istana yang tak asing terlihat jelas.
"Dila, itu kan istana yang kita buat. Kenapa menjadi besar begitu ya?"Â
Haura merasa heran dan takjub dengan istana kue yang sangat besar, cantik. Persis yang mereka buat tadi.