Kabar yang membuatku sedih dan menahan tangis. Ternyata, kau sakit, Mey! Bukan sembarang sakit, dan itu sudah kau derita sejak lama. Gagal ginjal! Sakitmu sudah dua tahun. Itu artinya, saat kita bertemu di acara reuni kemarin, kau sebenarnya sakit.
***
Aku menuju rumahmu yang baru. Aku mendapatkan alamat rumah barumu dari Eno, teman yang mengabarkan kesehatanmu.
"Tunggu aku, Mey! Aku akan merawatmu," janjiku dalam hati.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih satu jam, aku sampai depan rumahmu. Rumah yang rapi dan terlihat begitu elegan. Kuingat saat kita masih SMA, kau impikan rumah seperti yang kulihat.Â
Rumahmu begitu sepi. Pintu dan jendela tertutup rapat. Sepertinya kau tak berada di rumah.
Lama aku berdiri di depan rumahmu. Aku bertekad akan menunggu hingga kau sampai rumah.
"Mas, rumah Mbak Lodi sepi. Jadi mas-nya pulang saja," ucap seorang anak kecil yang melintas di jalan depan rumahmu.
"Oh ya. Biasanya Mbak Lodi pulang jam berapa ya, Dik?"
"Nggak tahu, Mas. Sudah lama Mbak Lodi nggak pulang. Sakit kata ibu," cerita anak itu.
Semula aku akan menanyakan di mana kau dirawat kepada anak itu. Handphone-ku berbunyi terus sedari tadi, tapi belum kubuka.