"Oke, Mey!"
Mendengar nama sapaan untukmu, Rema tertawa.
"Oh... Mey! Sapaan yang lain daripada yang lain ya, Lodi!" seru Rema.
Memang aku lebih senang menyapamu Mey meski kau sering protes.Â
"Iya. Nggak tahu nih, kenapa Fariz nyapa gitu," komentarmu.
"Sapaan sayang kali!" gurau Rema.
Kau tergagap tapi tak mengucapkan sepatah katapun. Seolah menegaskan kalau antara kita hanya bersahabat. Sesuai kesepakatan kita dulu.
Saat itu aku hanya menyetujui saja kesepakatan konyol itu. Bagaimana tidak, senyum dengan tatapan mata jenaka telah mencuri hatiku.Â
Tapi, daripada kehilangan dirimu, kupilih saja jadi sahabatmu. Sambil kupanjatkan doa, semoga suatu saat nanti kau menemaniku di sisa hidupku.
***
Acara reuni berlangsung meriah. Diselingi game seru. Hanya saja, game itu memisahkan kita kembali.Â