"Hai, Fariz!" kudengar suara seseorang memanggilku.
Aku mencari sumber suara itu. Aku meyakinkan diri kalau itu adalah suaramu, sahabat yang selalu kucari dan kurindu. Entah berapa tahun kita tak berjumpa.
Akhirnya kutemukan pemilik suara yang menyapaku. Ya, itu benar kamu, Melodi. Aku merasa seperti bermimpi saat bertemu denganmu.
Kita bersahabat akrab tetapi lost contact setelah lulus SMA. Dan selama beberapa tahun terakhir, aku mencarimu. Sekalipun telah kumiliki sahabat-sahabat baru.
Terasa ada yang hilang kala tak bertemu, berbincang, bercanda dan tertawa bersama denganmu. Terkadang aku menyesali diri karena terpisah saat kuliah. Kumenyesal, mengapa aku tak mengambil jurusan dan program studi yang sama. Setidaknya satu kampus.
Nyatanya, egoku lebih mengedepankan masa depanku. Aku ingin menjadi dokter. Sementara kau lebih fokus ke dunia anak-anak. Sejak usia belia kau sudah mengajar anak-anak di Taman Pendidikan Al Qur'an desamu. Jadi kau ingin mewujudkan impianmu untuk menjadi guru bagi anak-anak.
**
Senyumku mengembang begitu melihatmu. Kudekati kau yang berada di meja tak jauh dari tempatku berdiri.Â
Aku bersyukur sekali, dalam acara reuni teman-teman SMA, kita bisa bertemu lagi. Pikiranku jadi mengembara ke masa lalu, di mana kita menghabiskan waktu di perpustakaan.Â
Aku mengerjakan tugas. Sementara kau membuka majalah yang terbit bulanan, tapi kulupa namanya.Â