Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Singa yang Bijaksana, Harimau, dan Tiga Anak Kelinci

15 November 2019   14:13 Diperbarui: 15 November 2019   14:24 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika pintu diketuk, kelinci tertua ingat kesepakatan dengan orang tuanya. Oleh karenanya dia akhirnya berkata kepada si pengetuk pintu rumah mereka.

"Ah...iya, bu. Tapi tolong tunjukkan telinga ibu ke jendela rumah..."

Segera pengetuk pintu ---harimau--- menunjukkan telinganya. Anak- anak kelinci segera mengenali kalau telinga itu bukan telinga ibunya.

"Kau pasti bukan ibu kami. Apalagi ibu kami tadi berangkat bersama bapak, pasti pulangnya juga bersama- sama..."

Harimau menyadari kekeliruannya. Dia meninggalkan rumah keluarga kelinci. Dia memikirkan bagaimana cara untuk menyamar menjadi ibu dan bapak kelinci.

**

Hari berikutnya, harimau telah menemukan cara untuk menjadi ibu dan bapak para kelinci itu. 

Harimau kembali lagi ke rumah keluarga kelinci. Seperti halnya hari pertama kemarin, harimau mengetuk pintu dengan hati- hati. pintu rumah keluarga kelinci.

"Bukakan pintu, nak. Ini ibu dan bapak sudah berada di depan rumah..."

Anak kelinci memperhatikan dengan seksama. Di depan jendela rumah terlihat dua pasang telinga. Namun setelah diperhatikannya, warna telinganya sangat berbeda.

"Kalian pasti bukan ibu dan bapakku. Warna telinga ibu dan bapak tidak hitam seperti itu. Warnanya putih..." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun