Di sebuah hutan yang masih asri, hiduplah binatang- binatang dengan damai. Kalaupun ada masalah, dengan cepat bisa diselesaikan. Semua penghuni hutan sangat tenteram.Â
Singa, sang raja hutan, sangat adil kepada seluruh penghuni hutan. Tanpa melihat siapa dan kedudukan, semua diperlakukan sama. Sungguh singa menjadi raja yang dicintai seluruh penghuni hutan.
Di kerajaan hutan itu pernah terjadi permasalahan antara keluarga kelinci dan macan. Keluarga kelinci pernah diganggu dan diancam oleh harimau, karena harimau mengincar kelinci untuk disantapnya. Maklumlah kelinci itu terlihat segar dan gemuk.Â
Harimau sering mengamati gerak- gerik keluarga kelinci di dekat rumah kelinci. Harimau ingin masuk dan menikmati kelinci. Terbayang di kepalanya betapa daging kelinci itu empuk dan gurih ketika disantapnya. Harimau menunggu waktu lengahnya ibu dan bapak kelinci.
Hingga akhirnya, dilihatnya ibu dan bapak kelinci bepergian tanpa mengajak tiga anaknya. Hal itu dimanfaatkan harimau untuk mendekati rumah demi menikmati daging kelinci.Â
Untuk memudahkan penangkapan terhadap kelinci, harimau melakukan banyak hal. Perlahan- lahan harimau menuju pintu rumah keluarga kelinci. Rupanya pintu rumah itu terkunci. Harimau kesal, dia tak bisa dengan mudah menikmati daging kelinci impiannya.
Harimau mengetuk pintu rumah kelinci. Terdengar suara memanggil anak kelinci.
"Anak- anak, ini ibu sudah pulang, nak. Bukakan pintunya..."
Ternyata anak- anak kelinci itu tak mau membukakan pintu rumah. Dari dalam rumah, kelinci yang ditinggalkan ibu dan bapaknya itu sebenarnya merasa ketakutan jika pintu rumah diketuk.Â
Dia khawatir kalau akan diganggu binatang lain yang jahat. Apalagi ibu dan bapak sudah berpesan bahwa mereka tak boleh sembarangan membukakan pintu rumah.
"Kalau begitu, ibu dan bapak nanti tunjukkan telinga saja. Soalnya kami hafal betul seperti apa telinga ibu dan bapak..." usul kelinci tertua. Ibu dan bapak menyetujui usul itu.