Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Singa yang Bijaksana, Harimau, dan Tiga Anak Kelinci

15 November 2019   14:13 Diperbarui: 15 November 2019   14:24 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: merdeka.com

Di sebuah hutan yang masih asri, hiduplah binatang- binatang dengan damai. Kalaupun ada masalah, dengan cepat bisa diselesaikan. Semua penghuni hutan sangat tenteram. 

Singa, sang raja hutan, sangat adil kepada seluruh penghuni hutan. Tanpa melihat siapa dan kedudukan, semua diperlakukan sama. Sungguh singa menjadi raja yang dicintai seluruh penghuni hutan.

Di kerajaan hutan itu pernah terjadi permasalahan antara keluarga kelinci dan macan. Keluarga kelinci pernah diganggu dan diancam oleh harimau, karena harimau mengincar kelinci untuk disantapnya. Maklumlah kelinci itu terlihat segar dan gemuk. 

Harimau sering mengamati gerak- gerik keluarga kelinci di dekat rumah kelinci. Harimau ingin masuk dan menikmati kelinci. Terbayang di kepalanya betapa daging kelinci itu empuk dan gurih ketika disantapnya. Harimau menunggu waktu lengahnya ibu dan bapak kelinci.

Hingga akhirnya, dilihatnya ibu dan bapak kelinci bepergian tanpa mengajak tiga anaknya. Hal itu dimanfaatkan harimau untuk mendekati rumah demi menikmati daging kelinci. 

Untuk memudahkan penangkapan terhadap kelinci, harimau melakukan banyak hal. Perlahan- lahan harimau menuju pintu rumah keluarga kelinci. Rupanya pintu rumah itu terkunci. Harimau kesal, dia tak bisa dengan mudah menikmati daging kelinci impiannya.

Harimau mengetuk pintu rumah kelinci. Terdengar suara memanggil anak kelinci.

"Anak- anak, ini ibu sudah pulang, nak. Bukakan pintunya..."

Ternyata anak- anak kelinci itu tak mau membukakan pintu rumah. Dari dalam rumah, kelinci yang ditinggalkan ibu dan bapaknya itu sebenarnya merasa ketakutan jika pintu rumah diketuk. 

Dia khawatir kalau akan diganggu binatang lain yang jahat. Apalagi ibu dan bapak sudah berpesan bahwa mereka tak boleh sembarangan membukakan pintu rumah.

"Kalau begitu, ibu dan bapak nanti tunjukkan telinga saja. Soalnya kami hafal betul seperti apa telinga ibu dan bapak..." usul kelinci tertua. Ibu dan bapak menyetujui usul itu.

Ketika pintu diketuk, kelinci tertua ingat kesepakatan dengan orang tuanya. Oleh karenanya dia akhirnya berkata kepada si pengetuk pintu rumah mereka.

"Ah...iya, bu. Tapi tolong tunjukkan telinga ibu ke jendela rumah..."

Segera pengetuk pintu ---harimau--- menunjukkan telinganya. Anak- anak kelinci segera mengenali kalau telinga itu bukan telinga ibunya.

"Kau pasti bukan ibu kami. Apalagi ibu kami tadi berangkat bersama bapak, pasti pulangnya juga bersama- sama..."

Harimau menyadari kekeliruannya. Dia meninggalkan rumah keluarga kelinci. Dia memikirkan bagaimana cara untuk menyamar menjadi ibu dan bapak kelinci.

**

Hari berikutnya, harimau telah menemukan cara untuk menjadi ibu dan bapak para kelinci itu. 

Harimau kembali lagi ke rumah keluarga kelinci. Seperti halnya hari pertama kemarin, harimau mengetuk pintu dengan hati- hati. pintu rumah keluarga kelinci.

"Bukakan pintu, nak. Ini ibu dan bapak sudah berada di depan rumah..."

Anak kelinci memperhatikan dengan seksama. Di depan jendela rumah terlihat dua pasang telinga. Namun setelah diperhatikannya, warna telinganya sangat berbeda.

"Kalian pasti bukan ibu dan bapakku. Warna telinga ibu dan bapak tidak hitam seperti itu. Warnanya putih..." 

Harimau kecewa lagi. Anak kelinci yang dihadapinya ternyata cukup pintar. Namun harimau pantang menyerah. Dia akan kembali esok hari dengan rencana yang lebih bagus dan matang. Untuk sementara, harimau tidur dulu.

Sementara anak-anak kelinci berunding untuk menghadapi harimau. Mereka yakin bahwa harimau akan kembali lagi. Padahal ibu dan bapaknya pulang esok sore.

**

Keesokan paginya. Harimau telah bersiap menuju rumah keluarga kelinci. Telinganya telah disulapnya menjadi warna putih. Dengan percaya diri harimau berjalan menuju rumah keluarga kelinci. Dia yakin bahwa kali ini rencana untuk menikmati daging kelinci akan segera terwujud.

Sampailah harimau di depan pintu rumah kelinci. Dia mengetuk pintu secara pelan. Tak lupa ditunjukkannya telinganya yang putih dan dua helai daun berwarna putih.

Anak kelinci melihat dua pasang telinga yang muncul di depan jendela rumahnya.

"Aneh sekali, kak. Telinganya memang putih tetapi kok tidak panjang seperti telinga ibu, bapak dan kita...", ujar kelinci bungsu. 

Dua kakaknya mengangguk. Akhirnya mereka bertiga bersiap melakukan rencananya. Si bungsu menuju atap rumah. Si sulung tiduran di atas tempat tidur. Dan si tengah bersembunyi di bawah tempat tidur.

Sebelum tiduran, si sulung menarik tali yang terhubung ke pintu. Terbukalah pintu rumah mereka. Sementara dia bersembunyi di bawah selimut kesayangannya.

Harimau tentu saja langsung masuk rumah kelinci. Namun tak dijumpainya tiga kelinci yang diincarnya. Dia memandang ke beberapa sudut rumah. Tepat di atas dipan terlihat kain yang bergerak.

Harimau mendekati dan membuka kain itu. Dilihatnya kelinci gendut dan lucu di sana.

"Kamu tak bisa lepas lagi dariku, kelinci gendut..." kata harimau. 

"Eittt...tunggu dulu! Kita main dulu yuk. Aku punya mainan ini..." kelinci menunjukkan serbuk merah dalam gelas yang dipegangnya.

"Oke. Mainnya bagaimana?" harimau berpikir bahwa dia akan menikmati daging kelinci itu. Oleh karenanya dia mau menuruti sebentar ajakan kelinci untuk bermain.

Kelinci segera mengambil serbuk merah. Kini tangannya siap untuk bermain. 

"Kamu sudah siap kan, harimau?"

Harimau mengangguk.

"Ke sini, mendekatlah!"

Harimau menuruti perkataan kelinci. Ketika mereka semakin dekat, kelinci mulai.berhitung.

"1...2.. 3..."

Kelinci meniup serbuk merah di tangannya  ke arah wajah harimau. Dan berhasil! Wajah harimau tertutup serbuk merah itu,termasuk kedua matanya. Harimau kaget. Dirasakannya panas pada kedua matanya. 

Kedua tangannya mengucek mata. Alhasil serbuk yang tertinggal menempel di punggung tangannya. Semakin rata dan pedih mata dan wajah harimau.

Harimau berteriak.

"Panas...panas... apa yang kau lakukan hai, kelinci gendut?"

Kelinci sulung tertawa. 

"Hahah.. Cuma main serbuk cabe kok, harimau..."

Harimau marah dan mau menerkam kelinci. Kelinci meloncat dan menghindari harimau. Harimau mengejar. Namun tiba- tiba dia terpeleset! Rupanya kakinya dilumuri minyak oleh si kelinci tengah. Dia mencoba berdiri namun jatuh lagi. Dia merasa lantai rumah kelinci begitu licin.

Karena tak bisa berjalan, harimau merangkak menuju pintu rumah kelinci.

"Tolong...! Mata dan wajahku panas. Lantainya licin. Bantu aku pergi dari sini!"

Tak seorangpun yang mendengar dan membantu harimau itu. Tibalah harimau di pintu rumah. Tiba- tiba dari atas atap berjatuhan batu- batu kecil. Batu- batu itu mengenai kepala harimau.

***

Sore harinya. Ibu dan bapak kelinci pulang. Tiga anak kelinci sangat bahagia. Mereka bertemu orangtua dan aman dari ancaman harimau. 

Namun ibu dan bapak kelinci terperanjat melihat rumah yang berantakan. Ketika si kelinci sulung menceritakan hal yang terjadi selama tiga hari, ibu dan bapaknya meminta maaf.

"Maaf, kami tak menjaga kalian..."

**

Hari berikutnya, keluarga kelinci menuju istana Singa. Mereka melaporkan hal yang terjadi pada tiga anak kelinci kepada singa. Singa memanggil harimau. Oleh singa, harimau itu dihukum meski sebenarnya singa dan harimau masih satu kelompok.

Keluarga kelinci sangat berterimakasih kepada Singa yang bijaksana itu. Kemudian mereka berpamitan. Tiga kelinci pintar itu pun diberi hadiah oleh raja karena keberaniannya dalam menghadapi harimau jahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun