Pak Tarjo mengeluarkan lumayan banyak uang untuk membayar makan siang, tapi itu bukan masalah besar sepanjang yang dilakukannya bisa menghapus rasa bersalahnya kepada Rahmat. Kemudian setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.
Di jalanan yang macet, Pak Tarjo dengan lihai menemukan celah untuk melaju, memotong jalan lewat komplek perumahan, menyusuri perkampungan, jalan-jalan tikus, pekuburan cina, dan keluar di jalur Kalimalang. Rahmat memuji caranya mengemudi dan memilih jalan.
Sekitar pukul 13.00 mereka tiba di tempat tujuan—di tempat Rahmat dijemput tadi pagi. Rahmat mengeluarkan dompetnya, tapi Pak Tarjo bilang tidak usah bayar. Ia mengucapkan terima kasih, lalu melanjutkan perjalanan pulangnya dengan berjalan kaki.
Jarak menuju rumahnya sekitar 20 menit; menyusuri gang-gang sempit, rumah-rumah berdempetan dengan atap membentuk lorong, lapangan badminton dipenuhi jemuran, sekumpulan wanita mengobrol di pojokan, anak-anak remaja bermain karambol, berpapasan dengan segerombolan anak SD berlarian di jembatan, kemudian melewati pasar, gedung SMA, deretan ruko, mini market, kafe, restoran cepat saji, masjid besar, deretan rukan, lalu berbelok ke kiri memasuki gerbang dengan dua pos satpam dan portal, berjalan di atas trotoar yang diteduhi pohon-pohon rindang, melewati taman di sisi kanan jalan, deretan rumah bertingkat dengan halaman luas dan pagar tinggi sejauh dua blok, dan setelah itu ia berbelok ke kiri.
Rumahnya terletak di sudut jalan, bertingkat dua dan berwarna krem, berseberangan dengan lapangan bermain. Pintu gerbangnya kokoh, terbuat dari besi dan kayu, dengan CCTV yang dipasang di sudut atas; dua diantaranya tersembuyi di balik rerimbunan daun pohon mangga yang buahnya terjuntai melewati pagar. Pohon-pohon besar nan rindang yang tertata di sisi jalan mendatangkan hawa sejuk di tengah panasnya cuaca.
Rahmat masuk dari pintu samping yang dibukanya dengan panel sidik jari, menaiki delapan anak tangga yang berputar, berjalan menuju pintu samping—tiga mobil mewah terpakir di halaman luas dan teduh—melewati taman dengan pijakan batu, kemudian masuk ke dalam ruang dapur tanpa melepas sepatu, membuka lemari es, mengambil sekaleng soda, meminumnya sedikit, lalu pergi ke ruang tengah, mengempaskan tubuhnya di sofa, meletakan kaleng soda di atas mata kanan dan kirinya bergantian.
Meski tampak lelah, ia merasa lega karena dua jadwalnya sudah terpenuhi hari ini. Pertama, ia sudah mendapatkan orang yang tepat untuk mengisi posisi direktur marketing setelah mewawancarai dua kandidatnya tadi pagi. Kedua, pertemuannya dengan investor baru di Kuningan berjalan lancar.
Memang, itu hanya pertemuan pendahuluan, tapi setidaknya ia sudah punya gambaran berapa dana yang akan dikucurkan nantinya. Ia dan pihak investor baru akan membicarakan masalah teknis Senin depannya, sekaligus memperkenalkan direktur barunya.
Ia sebetulnya malas mengarungi jalanan di Senin pagi yang selalu macet. Karena itu, ia mungkin akan naik ojol nantinya, atau, memakai jasanya Pak Tarjo lagi. Ia benci kemacetan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H