***
Mungkinkah berbagai konflik yang terjadi dalam proses memahami bermacam aspek kehidupan sehari-hari telah menyebabkan mereka dengan sadar dan sengaja menolak antithesis argumen- argumen yang dikemukan sebelumnya tadi, lalu memilih menjerumuskan diri di dunia narkoba?
Mungkinkah mereka terpengaruh oleh berbagai konflik yang mencuat dari pertentangan antara nilai- nilai yang disuarakan dengan lakon yang dipertontonkan tokoh-tokoh berpengaruh pada lingkungan sehari-hari mereka?
Bukankah tidak terlalu sulit bagi mereka untuk memahami kemewahan sehari-hari di tengah keluarganya tak sebanding dengan kemampuan resmi yang dihasilkan profesi orangtuanya?
Mungkinkah mereka memelihara dan mengembangkan keyakinan terhadap antithesis argumen- argumen yang dikemukan tadi jika dari hari ke hari persoalan maupun hambatan yang dihadapi bukan berkurang tapi semakin besar, semakin berat, dan semakin beragam?
Bukankah tidak terlalu sulit bagi mereka untuk memahami kenyataan sehari-hari yang mempertontonkan penyalah-gunaan kekuasaan, ketidak-adilan yang sangat culas, kemunafikan yang semakin terang-benderang, kejujuran yang palsu, penindasan kelompok tak berdaya yang semakin semena-mena, dan seterusnya?
Mungkinkah mereka menumbuhkan dan mengembangkan harapan terhadap antithesis argumen- argumen yang dikemukakan tadi jika hal yang nyata-nyata diyakini masyarakat umum sebagai kebaikan hakiki - yaitu pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme - justru selalu, terus-menerus, dan terang-terangan dihalangi bahkan ingin dihancurkan kekuasaan tertentu?
Daftar pertanyaan di atas masih bisa diteruskan. Tapi hanya 2 jawaban yang tersedia terhadap semuanya: YA dan MUNGKIN!
***
Setelah 16 tahun perjalanannya mungkin Gerakan Nasional Anti Narkotika dan Obat-obatan Terlarang (GRANAT) perlu mempertimbangkan strategi (tambahan) yang lain untuk melanjutkan peperangannya. Untuk jangka pendek dan segera beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan :