Mohon tunggu...
Jidan SyofiArdana
Jidan SyofiArdana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NAMA : Jidan Syofi Ardana NIM : 41521010190 Fakultas: Ilmu Komputer DOSEN : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cara Memahami Komunikasi dengan Pendekatan Semiotika

4 April 2023   23:06 Diperbarui: 4 April 2023   23:13 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan tanda atau simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Proses komunikasi terdiri dari empat unsur, yaitu pengirim pesan, penerima pesan, pesan, dan media. Namun, pesan dalam komunikasi tidak selalu mudah dipahami oleh penerima. Dalam hal ini, pendekatan semiotika dapat digunakan untuk memahami komunikasi dengan lebih baik.

Pendekatan semiotika memandang bahwa tanda-tanda dalam komunikasi memiliki makna dan dapat dipahami melalui analisis simbolik. Semiotika melibatkan analisis tanda-tanda dalam konteks sosial, budaya, dan sejarah yang membentuk tanda-tanda tersebut. Oleh karena itu, dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika, kita perlu memperhatikan tiga aspek penting, yaitu signifier, signified, dan konteks.

Signifier adalah penanda atau tanda fisik yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu pesan. Signified adalah makna atau konsep yang diwakili oleh signifier. Sedangkan konteks adalah situasi atau lingkungan sosial dan budaya di mana tanda-tanda tersebut digunakan.

Dalam praktiknya, pendekatan semiotika dapat digunakan untuk menganalisis berbagai bentuk komunikasi, mulai dari media massa, iklan, sampai dengan teks sastra. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika.

1. Identifikasi tanda-tanda dalam komunikasi

Langkah pertama adalah mengidentifikasi tanda-tanda atau simbol dalam komunikasi. Tanda-tanda tersebut bisa berupa kata, gambar, atau bentuk-bentuk lain dari simbolisasi. Dalam hal ini, kita perlu memperhatikan bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan dan dikombinasikan untuk membentuk pesan yang spesifik.

2. Analisis signifier dan signified

Langkah selanjutnya adalah menganalisis signifier dan signified dalam tanda-tanda tersebut. Signifier adalah penanda fisik yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu pesan, sedangkan signified adalah makna atau konsep yang diwakili oleh signifier. Dalam hal ini, kita perlu memperhatikan bagaimana signifier dan signified saling berhubungan untuk membentuk makna yang lebih besar.

3. Memahami konteks sosial dan budaya

Langkah selanjutnya adalah memahami konteks sosial dan budaya di mana tanda-tanda tersebut digunakan. Konteks sosial dan budaya akan mempengaruhi makna yang terkandung dalam tanda-tanda tersebut. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan nilai-nilai, norma, dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat di mana tanda-tanda tersebut digunakan.

4. Mengasosiasikan tanda-tanda dengan interpretasi

Langkah terakhir adalah mengasosiasikan tanda-tanda dengan interpretasi yang tepat. Interpretasi adalah proses di mana pembaca atau penerima pesan menghubungkan signifier dengan signified yang sesuai. Dalam hal ini, kita perlu mencari makna yang terkandung dalam iklan tersebut dan bagaimana makna tersebut terhubung dengan konteks sosial dan budaya di mana iklan tersebut ditayangkan. 

Sebagai contoh, kita dapat menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisis sebuah iklan televisi. Iklan tersebut berisi gambar seorang wanita yang sedang tersenyum dan memegang produk kecantikan. Langkah pertama adalah mengidentifikasi tanda-tanda dalam iklan tersebut, yaitu gambar wanita yang tersenyum dan memegang produk kecantikan.

Dalam contoh iklan di atas, kita dapat menginterpretasikan bahwa iklan tersebut bertujuan untuk mengajak wanita untuk menggunakan produk kecantikan tersebut agar dapat menjadi lebih cantik dan menarik. Namun, kita juga perlu mempertimbangkan konteks sosial dan budaya di mana iklan tersebut ditayangkan, misalnya nilai-nilai kecantikan yang berbeda-beda di setiap budaya atau norma sosial terkait penampilan fisik yang mungkin dapat memengaruhi cara interpretasi kita terhadap iklan tersebut.

Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat mereka tentang cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika. Berikut ini adalah beberapa pendapat dari ahli tersebut:

  1. Ferdinand de Saussure

    Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli bahasa dan filsuf asal Swiss yang dianggap sebagai bapak pendiri semiotika modern. Dia mengembangkan teori tentang struktur bahasa dan memperkenalkan konsep dasar dalam semiotika, seperti signifier, signified, dan sign.

    Menurut Saussure, bahasa adalah sistem tanda yang terdiri dari signifier (bentuk fisik atau representasi konkret dari tanda) dan signified (makna atau konsep yang direpresentasikan oleh tanda tersebut). Setiap bahasa memiliki aturan atau struktur yang terdiri dari unit-unit tanda, seperti kata-kata, frasa, dan kalimat, yang digunakan untuk merepresentasikan makna tertentu. Bahasa tidak hanya digunakan untuk mengkomunikasikan makna secara harfiah, tetapi juga melalui penggunaan metafora, simbol, dan lain sebagainya.

    Pendekatan semiotika Saussure juga menekankan pentingnya konteks dalam memahami tanda. Menurutnya, makna dari tanda ditentukan oleh hubungannya dengan tanda-tanda lain dalam sistem. Sebagai contoh, kata "anak" memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya, apakah itu dalam konteks keluarga, pendidikan, atau sosial.

    Dalam pendekatan semiotika Saussure, komunikasi dipandang sebagai pertukaran tanda antara pengirim dan penerima pesan. Pengirim menghasilkan pesan dalam bentuk tanda-tanda yang kemudian diinterpretasikan oleh penerima pesan. Interpretasi ini tergantung pada pemahaman penerima pesan terhadap tanda tersebut, yang dapat dipengaruhi oleh konteks dan pengalaman pribadi mereka.

    Dalam kesimpulannya, menurut Saussure, semiotika membantu kita memahami bagaimana tanda digunakan dalam bahasa dan komunikasi, dan bagaimana makna ditentukan oleh konteks dan hubungan dengan tanda-tanda lain dalam sistem.

  2. Roland Barthes

    https://www.laphamsquarterly.org/
    https://www.laphamsquarterly.org/

    Roland Barthes adalah seorang ahli semiotika Prancis yang memainkan peran penting dalam pengembangan teori semiotika dan pemahaman terhadap komunikasi. Dalam pandangannya, cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika adalah dengan memperhatikan tanda-tanda (signs) dan makna yang terkait dengannya.

    Barthes mengemukakan bahwa tanda-tanda dalam komunikasi tidak hanya terdiri dari kata-kata, tetapi juga benda, gambar, suara, dan gestur yang membentuk makna yang kompleks dan beragam. Dia menyebut tanda-tanda ini sebagai "myth", yang merupakan representasi simbolis dari ideologi dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

    Pendekatan semiotika yang dikemukakan oleh Barthes menekankan pada pentingnya konteks sosial dan budaya dalam memahami komunikasi. Menurutnya, setiap tanda atau simbol memiliki makna yang bervariasi tergantung pada konteks sosial dan budaya di mana simbol tersebut digunakan.

    Selain itu, Barthes juga memperkenalkan konsep "death of the author" atau "kematian pengarang" dalam pemahaman terhadap makna dalam teks. Dia berpendapat bahwa makna dalam teks tidak hanya bergantung pada maksud atau niat pengarang, tetapi juga ditentukan oleh pembaca dan konteks sosial dan budaya di mana teks tersebut dihasilkan.

    Dalam pandangannya, pendekatan semiotika harus mempertimbangkan faktor-faktor budaya, sosial, dan sejarah dalam memahami komunikasi dan tanda-tanda yang terkait dengannya.

  3. Umberto Eco

    https://www.imdb.com/
    https://www.imdb.com/

    Umberto Eco adalah seorang ahli semiotika Italia yang juga dikenal sebagai seorang pengarang novel. Dia memiliki pandangan yang serupa dengan Saussure dan Barthes dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika.

    Menurut Eco, tanda atau simbol memiliki dua komponen: denotasi (makna yang sangat mendasar) dan konotasi (makna yang lebih kompleks dan bergantung pada konteks). Dia juga mengemukakan bahwa dalam pemahaman semiotika, interpretasi tanda atau simbol tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.

    Eco juga mengemukakan konsep "open work" atau karya terbuka, yang mengacu pada kemampuan teks atau karya seni untuk memiliki banyak makna yang berbeda-beda tergantung pada pembaca atau penonton yang menginterpretasikannya. Dia berpendapat bahwa interpretasi dalam semiotika selalu bersifat subjektif dan tergantung pada pemahaman individu terhadap konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.

    Selain itu, Eco juga menekankan pentingnya konteks sejarah dan kebudayaan dalam memahami tanda atau simbol. Menurutnya, simbol dalam komunikasi tidak hanya dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya saat ini, tetapi juga oleh sejarah dan tradisi budaya yang terdahulu.

    Dalam pandangannya, cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika melibatkan pemahaman terhadap simbol dan tanda yang terkait dengannya dalam konteks sosial dan budaya yang luas.

  4. Charles Sanders Peirce

    https://www.mkbergman.com/
    https://www.mkbergman.com/

    Charles Sanders Peirce adalah seorang filsuf, matematikawan, dan ilmuwan Amerika Serikat yang dianggap sebagai salah satu pendiri disiplin ilmu semiotika. Dia mengembangkan teori tanda yang kompleks dan luas, dan memandang semiotika sebagai cabang filsafat.

    Menurut Peirce, tanda terdiri dari tiga komponen: representamen (sesuatu yang menghasilkan efek pada pengamat), objek (hal yang direpresentasikan), dan interpretan (pengertian yang dihasilkan dari representasi). Ia mengemukakan bahwa tanda merupakan suatu sistem yang menghubungkan representamen, objek, dan interpretan.

    Peirce juga membedakan antara tiga jenis tanda, yaitu ikonik, indeksikal, dan simbolik. Tanda ikonik adalah tanda yang memiliki hubungan visual atau fisik yang dekat dengan objek yang direpresentasikan, seperti gambar atau foto. Tanda indeksikal adalah tanda yang memiliki hubungan fisik atau kausal dengan objek yang direpresentasikan, seperti jejak kaki di atas tanah atau asap yang menunjukkan adanya kebakaran. Tanda simbolik adalah tanda yang mengandung makna yang berasal dari konvensi sosial, seperti bahasa atau sistem simbol matematika.

    Menurut Peirce, dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika, penting untuk memperhatikan konteks sosial dan budaya di mana tanda digunakan. Ia menganggap bahwa tanda tidak dapat dipahami secara terisolasi, tetapi selalu terkait dengan konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.

    Selain itu, Peirce juga menekankan pentingnya metode ilmiah dalam memahami semiotika. Dia menganggap bahwa semiotika harus didasarkan pada observasi dan pengujian empiris untuk menentukan hubungan antara tanda, objek, dan interpretan.

    Dalam pandangannya, cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika melibatkan pemahaman terhadap tiga komponen tanda, yaitu representamen, objek, dan interpretan, serta memperhatikan konteks sosial dan budaya di mana tanda digunakan.

  5. Jean Baudrillard

    Jean Baudrillard adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal sebagai salah satu ahli teori kritis yang membahas tentang simulasi, media massa, dan konsumsi di era pasca-modern. Dalam konteks semiotika, Baudrillard menekankan pentingnya konsep simulasi sebagai suatu fenomena yang mendefinisikan realitas kita.

    Menurut Baudrillard, dalam era pasca-modern, manusia hidup dalam dunia yang semakin tergantung pada representasi dan simulasi. Realitas itu sendiri tidak lagi menjadi sesuatu yang dapat dipercaya atau didefinisikan dengan pasti, melainkan lebih tergantung pada representasi yang dibuat oleh media massa, teknologi, dan sistem sosial-politik. Dalam hal ini, Baudrillard menolak pandangan bahwa tanda dan makna adalah suatu hal yang stabil atau pasti, dan lebih menekankan pada peran dari simulasi dalam mempengaruhi realitas.

    Menurut Baudrillard, simulasi dapat dimengerti sebagai suatu proses di mana realitas dihasilkan melalui pemrosesan tanda-tanda dan makna-makna yang konstruktif. Dalam hal ini, tanda-tanda dan makna tidak hanya mewakili suatu hal yang ada dalam realitas, tetapi juga berperan dalam membentuk realitas itu sendiri. Oleh karena itu, realitas tidak dapat dipahami hanya melalui analisis tanda dan makna saja, tetapi juga melalui pemahaman terhadap proses konstruksi dari simulasi itu sendiri.

    Dalam konteks semiotika, Baudrillard menekankan pentingnya untuk memahami bagaimana tanda dan makna dihasilkan oleh media massa dan sistem sosial-politik, dan bagaimana proses ini mempengaruhi realitas yang kita alami. Dalam hal ini, Baudrillard memandang bahwa semiotika dapat menjadi alat yang berguna dalam memahami peran dari tanda dan makna dalam membentuk realitas yang kita alami.

  6. Stuart Hall

    Stuart Hall adalah seorang teoris budaya asal Inggris yang juga dikenal sebagai pendiri sekolah pemikiran Cultural Studies. Dalam pandangannya tentang pendekatan semiotika, Hall mengembangkan konsep encoding-decoding untuk memahami bagaimana pesan komunikasi diproduksi dan diterima dalam budaya massa.

    Menurut Hall, encoding-decoding adalah proses di mana pesan komunikasi dihasilkan oleh pihak pengirim, kemudian diterima dan ditafsirkan oleh pihak penerima. Namun, proses ini tidak selalu berjalan mulus, karena terkadang pesan yang dihasilkan oleh pengirim tidak dapat dipahami oleh penerima dengan cara yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pihak penerima.

    Oleh karena itu, Hall menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan politik dalam memahami pesan komunikasi. Ia berpendapat bahwa makna tidak dapat dipahami secara objektif, melainkan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya yang ada di sekitarnya.

    Dalam pandangan Hall, pendekatan semiotika dapat digunakan untuk mengungkapkan konstruksi makna dalam budaya massa, serta bagaimana makna tersebut ditafsirkan dan dipahami oleh masyarakat. Ia menganggap media massa sebagai sumber utama produksi pesan-pesan komunikasi, yang dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman kita tentang dunia.

    Hall juga menekankan pentingnya memahami peran ideologi dalam produksi dan penerimaan pesan komunikasi. Ideologi dapat mempengaruhi cara kita memahami pesan, serta memengaruhi cara kita berpikir tentang dunia di sekitar kita.

    Dengan demikian, dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika menurut Hall, kita perlu memperhatikan konteks sosial, budaya, dan politik dalam produksi dan penerimaan pesan, serta mempertimbangkan peran ideologi dalam mempengaruhi cara kita memahami pesan tersebut.

  7. Mikhail Bakhtin
    Mikhail Bakhtin merupakan seorang ahli sastra Rusia yang mengembangkan teori tentang dialogisme dan polifoni. Menurutnya, setiap tanda atau makna dalam komunikasi selalu terbuka untuk ditafsirkan secara berbeda-beda. Bakhtin mengkritik pandangan bahwa makna atau tanda dalam komunikasi hanya dapat ditafsirkan secara tunggal dan pasti. Ia berpendapat bahwa tafsiran makna dalam komunikasi selalu dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan sejarah.
  8. Charles Morris (1946) dalam Morissan dan Wardhany (2009) membagi semiotika dalam tiga wilayah, yaitu:
    (1) Semantik. Semantik membahas bagaimana tanda berhubungan dengan referennya, atau apa yang diwakili suatu tanda. Semiotika menggunakan dua dunia, yaitu "dunia benda" (World of Things) dan dunia tanda (World of Signs) dan menjelaskan hubungan keduanya. Jika kita bertanya, tanda itu mewakili apa?, maka kita berada di dunia semantik. Buku kamus, misalnya, merupakan referensi semantik; kamus mengatakan kepada kita apa arti suatu kata atau apa yang diwakili atau direpresentasi oleh suatu kata. Prinsip dasar dalam semiotika adalah bahwa representasi selalu diperantarai atau dimediasi oleh kesadaran interpretasi seorang individu, dan setiap interpretasi atau makna dari suatu tanda akan berubah dari satu situasi ke situasi lainnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, apa makna yang dibawa suatu tanda ke dalam pikiran seseorang yang berada pada situasi tertentu?;
    (2) Wilayah kedua dalam studi semiotika adalah sintaktik, yaitu studi mengenai hubungan di antara tanda. Dalam hal ini, tanda tidak pernah sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu menjadi bagian dari sistem tanda yang lebih besar atau kelompok tanda yang diorganisir melalui cara tertentu. Sistem tanda seperti ini disebut kode. Kode dikelola dalam berbagai aturan. Dengan demikian, tanda yang berbeda mengacu atau menunjukkan benda berbeda dan tanda digunakan bersama-sama melalui caracara yang diperbolehkan. Menurut pandangan semiotika, tanda selalu dipahami dalam hubungannya dengan tanda lainnya. Buku kamus tidak lebih dari katalog atau daftar kata-kata yang menunjukkan hubungan antara satu kata dengan kata lainnya (satu kata dijelaskan melalui katakata lain). Dengan demikian, secara umum, kita dapat memahami bahwa sintaktik sebagai aturan yang digunakan manusia untuk menggabungkan atau mengkombinasikan berbagai tanda ke dalam suatu sistem makna yang kompleks. Jika kita mencoba meletakkan satu kata (misalnya"kucing") ke dalam suatu kalimat (misalnya , "kucing itu mengejar saya") maka dalam hal ini kita berhubungan dengan tata bahasa atau sintak. Satu gerak tubuh (gesture) sering kali harus digunakan bersama-sama dengan sejumlah gerak tubuh lainnya agar dapat menghasilkan sistem tanda nonverbal yang kmpleks, dan tanda nonverbal harus digunakan bersama dengan bahasa untuk mengungkapkan makna yang lebih kompleks. Aturan yang terdapat pada sintaktik memngkinkan manusia menggunakan berbagai kombinasi tanda yang sangat banyak untuk mengungkapkan arti atau makna;
    (3) Pragmatik, yaitu bidang yang mempelajari bagaimana tanda menghasilkan perbedaan dalam kehidupan manusia atau dengan kata lain, pragmatik adalah studi yang mempelajari penggunaan tanda serta efek yang dihasilkan tanda. Pragmatik memiliki peran sangat penting dalam teori komunikasi karena tanda dan sistem tanda dipandang sebagai alat yang digunakan orang untuk berkomunikasi. Aspek pragmatik dari tanda memiliki peran penting dalam komunikasi, khususnya untuk mempelajari mengapa terjadi pemahaman (understanding) atau kesalahpahaman (misunderstanding) dalam berkomunikasi. Dari perspektif semiotika, kita harus memiliki pengertian yang sama, tidak saja terhadap setiap kata dan tata bahasa yang digunakan, tetapi juga masyarakat dan kebudayaan yang melatarbelakanginya, agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Sistem hubungan diantara tanda harus memungkinkan komunikator untuk mengacu pada sesuatu yang sama. Kita harus memiliki kesatuan rasa (sense of coherence) terhadap pesan. Jika tidak, maka tidak akan ada pengertian dalam komunikasi. Kita juga harus memastikan bahwa apabila kita menggunakan aturan tata bahasa, maka mereka yang menerima pesan kita juga harus memiliki pemahaman yang sama terhadap tata bahasa yang kita gunakan. Dengan demikian, mereka akan mengerti makna yang kita maksudkan, people can communicate if they share meaning (orang hanya dapat berkomunikasi jika mereka memiliki makna yang sama). Dengan demikian, tradisi semiotik cenderung fokus pada tanda dan fungsinya.

    komponen dasar semiotika terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Berikut adalah beberapa bagian komponen dasar semiotika:

    1. Tanda (Sign) Tanda merupakan sebuah objek atau fenomena yang merujuk pada sesuatu yang lain di luar dirinya sendiri. Tanda dapat berupa kata, gambar, suara, gerakan, atau apapun yang dapat menghasilkan makna atau representasi. Dalam semiotika, tanda dibagi menjadi dua jenis, yaitu tanda ikonik, tanda indeksikal, dan tanda simbolik.

      Dalam semiotika, tanda dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tanda ikonik, tanda indeksikal, dan tanda simbolik.

      1. Tanda ikonik Tanda ikonik adalah tanda yang menggambarkan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut secara visual atau secara fisik. Contohnya, gambar orang yang sedang berlari dapat merepresentasikan gerakan lari, dan gambar hati dapat merepresentasikan perasaan cinta atau kasih sayang.

      2. Tanda indeksikal Tanda indeksikal adalah tanda yang menunjukkan hubungan fisik atau kausal antara tanda dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Contohnya, asap yang keluar dari sebuah cerobong asap menunjukkan adanya keberadaan api atau pembakaran yang sedang terjadi.

      3. Tanda simbolik Tanda simbolik adalah tanda yang ditentukan oleh konvensi atau kesepakatan sosial, sehingga tidak memiliki hubungan fisik atau kausal dengan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Contohnya, huruf A merupakan tanda simbolik yang merepresentasikan bunyi tertentu dalam bahasa tertentu.

        Dalam analisis semiotika, tanda dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut harus dipertimbangkan dalam konteks sosial dan budaya yang relevan. Artinya, tanda dan objek dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteks atau situasi sosial dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap konteks dan situasi sosial dan budaya sangat penting dalam analisis semiotika.

    2. Objek (Object) Objek adalah benda, fenomena, atau konsep yang direpresentasikan oleh tanda. Objek dapat berupa benda nyata, seperti meja atau mobil, atau konsep abstrak, seperti keadilan atau kebahagiaan.

    3. Interpretasi (Interpretant) Interpretasi adalah hasil dari proses interpretasi yang dilakukan oleh pengamat atau penerima pesan terhadap tanda dan objek yang direpresentasikan oleh tanda tersebut. Interpretasi terbentuk melalui pengalaman, latar belakang, dan konteks sosial dan budaya pengamat.

    4. Representasi (Representation) Representasi adalah hubungan antara tanda, objek, dan interpretasi yang terbentuk dalam sebuah sistem simbolik. Representasi dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, mempengaruhi opini, atau memperkuat pandangan dunia tertentu.

    5. Kode (Code) Kode adalah sistem aturan dan konvensi yang digunakan dalam penggunaan tanda dan representasi. Kode dapat bersifat linguistik atau non-linguistik, dan berbeda-beda tergantung pada konteks dan budaya yang digunakan.

    6. Konteks (Context) Konteks adalah lingkungan sosial, budaya, sejarah, dan institusional yang membentuk makna dalam representasi. Konteks menjadi penting dalam memahami makna sebuah tanda dan interpretasi yang terbentuk.

      DAFTAR PUSTAKA :

      • Barthes, Roland. (1977). Image, Music, Text. New York: Hill and Wang.
      • Chandler, Daniel. (2007). Semiotics: The Basics. New York: Routledge.
      • Eco, Umberto. (1976). A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.
      • Hall, Stuart. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. Thousand Oaks: Sage Publications.
      • Peirce, Charles Sanders. (1931-1958). Collected Papers. Cambridge: Harvard University Press.
      • Saussure, Ferdinand de. (1983). Course in General Linguistics. New York: McGraw-Hill.
      • Bakhtin, M.M. (1981). The Dialogic Imagination: Four Essays (C. Emerson & M. Holquist, Trans.). University of Texas Press. 
      • Baudrillard, Jean. Simulacra and Simulation. University of Michigan Press, 1994.
      • Kellner, Douglas. Jean Baudrillard: From Marxism to Postmodernism and Beyond. Polity Press, 1989.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun