Roland Barthes adalah seorang ahli semiotika Prancis yang memainkan peran penting dalam pengembangan teori semiotika dan pemahaman terhadap komunikasi. Dalam pandangannya, cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika adalah dengan memperhatikan tanda-tanda (signs) dan makna yang terkait dengannya.
Barthes mengemukakan bahwa tanda-tanda dalam komunikasi tidak hanya terdiri dari kata-kata, tetapi juga benda, gambar, suara, dan gestur yang membentuk makna yang kompleks dan beragam. Dia menyebut tanda-tanda ini sebagai "myth", yang merupakan representasi simbolis dari ideologi dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Pendekatan semiotika yang dikemukakan oleh Barthes menekankan pada pentingnya konteks sosial dan budaya dalam memahami komunikasi. Menurutnya, setiap tanda atau simbol memiliki makna yang bervariasi tergantung pada konteks sosial dan budaya di mana simbol tersebut digunakan.
Selain itu, Barthes juga memperkenalkan konsep "death of the author" atau "kematian pengarang" dalam pemahaman terhadap makna dalam teks. Dia berpendapat bahwa makna dalam teks tidak hanya bergantung pada maksud atau niat pengarang, tetapi juga ditentukan oleh pembaca dan konteks sosial dan budaya di mana teks tersebut dihasilkan.
Dalam pandangannya, pendekatan semiotika harus mempertimbangkan faktor-faktor budaya, sosial, dan sejarah dalam memahami komunikasi dan tanda-tanda yang terkait dengannya.
Umberto Eco
Umberto Eco adalah seorang ahli semiotika Italia yang juga dikenal sebagai seorang pengarang novel. Dia memiliki pandangan yang serupa dengan Saussure dan Barthes dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika.
Menurut Eco, tanda atau simbol memiliki dua komponen: denotasi (makna yang sangat mendasar) dan konotasi (makna yang lebih kompleks dan bergantung pada konteks). Dia juga mengemukakan bahwa dalam pemahaman semiotika, interpretasi tanda atau simbol tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.
Eco juga mengemukakan konsep "open work" atau karya terbuka, yang mengacu pada kemampuan teks atau karya seni untuk memiliki banyak makna yang berbeda-beda tergantung pada pembaca atau penonton yang menginterpretasikannya. Dia berpendapat bahwa interpretasi dalam semiotika selalu bersifat subjektif dan tergantung pada pemahaman individu terhadap konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.
Selain itu, Eco juga menekankan pentingnya konteks sejarah dan kebudayaan dalam memahami tanda atau simbol. Menurutnya, simbol dalam komunikasi tidak hanya dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya saat ini, tetapi juga oleh sejarah dan tradisi budaya yang terdahulu.
Dalam pandangannya, cara memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika melibatkan pemahaman terhadap simbol dan tanda yang terkait dengannya dalam konteks sosial dan budaya yang luas.