Dalam konteks semiotika, Baudrillard menekankan pentingnya untuk memahami bagaimana tanda dan makna dihasilkan oleh media massa dan sistem sosial-politik, dan bagaimana proses ini mempengaruhi realitas yang kita alami. Dalam hal ini, Baudrillard memandang bahwa semiotika dapat menjadi alat yang berguna dalam memahami peran dari tanda dan makna dalam membentuk realitas yang kita alami.
Stuart Hall
Stuart Hall adalah seorang teoris budaya asal Inggris yang juga dikenal sebagai pendiri sekolah pemikiran Cultural Studies. Dalam pandangannya tentang pendekatan semiotika, Hall mengembangkan konsep encoding-decoding untuk memahami bagaimana pesan komunikasi diproduksi dan diterima dalam budaya massa.
Menurut Hall, encoding-decoding adalah proses di mana pesan komunikasi dihasilkan oleh pihak pengirim, kemudian diterima dan ditafsirkan oleh pihak penerima. Namun, proses ini tidak selalu berjalan mulus, karena terkadang pesan yang dihasilkan oleh pengirim tidak dapat dipahami oleh penerima dengan cara yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pihak penerima.
Oleh karena itu, Hall menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan politik dalam memahami pesan komunikasi. Ia berpendapat bahwa makna tidak dapat dipahami secara objektif, melainkan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya yang ada di sekitarnya.
Dalam pandangan Hall, pendekatan semiotika dapat digunakan untuk mengungkapkan konstruksi makna dalam budaya massa, serta bagaimana makna tersebut ditafsirkan dan dipahami oleh masyarakat. Ia menganggap media massa sebagai sumber utama produksi pesan-pesan komunikasi, yang dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman kita tentang dunia.
Hall juga menekankan pentingnya memahami peran ideologi dalam produksi dan penerimaan pesan komunikasi. Ideologi dapat mempengaruhi cara kita memahami pesan, serta memengaruhi cara kita berpikir tentang dunia di sekitar kita.
Dengan demikian, dalam memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika menurut Hall, kita perlu memperhatikan konteks sosial, budaya, dan politik dalam produksi dan penerimaan pesan, serta mempertimbangkan peran ideologi dalam mempengaruhi cara kita memahami pesan tersebut.
Mikhail Bakhtin merupakan seorang ahli sastra Rusia yang mengembangkan teori tentang dialogisme dan polifoni. Menurutnya, setiap tanda atau makna dalam komunikasi selalu terbuka untuk ditafsirkan secara berbeda-beda. Bakhtin mengkritik pandangan bahwa makna atau tanda dalam komunikasi hanya dapat ditafsirkan secara tunggal dan pasti. Ia berpendapat bahwa tafsiran makna dalam komunikasi selalu dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan sejarah.
Charles Morris (1946) dalam Morissan dan Wardhany (2009) membagi semiotika dalam tiga wilayah, yaitu:
(1) Semantik. Semantik membahas bagaimana tanda berhubungan dengan referennya, atau apa yang diwakili suatu tanda. Semiotika menggunakan dua dunia, yaitu "dunia benda" (World of Things) dan dunia tanda (World of Signs) dan menjelaskan hubungan keduanya. Jika kita bertanya, tanda itu mewakili apa?, maka kita berada di dunia semantik. Buku kamus, misalnya, merupakan referensi semantik; kamus mengatakan kepada kita apa arti suatu kata atau apa yang diwakili atau direpresentasi oleh suatu kata. Prinsip dasar dalam semiotika adalah bahwa representasi selalu diperantarai atau dimediasi oleh kesadaran interpretasi seorang individu, dan setiap interpretasi atau makna dari suatu tanda akan berubah dari satu situasi ke situasi lainnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, apa makna yang dibawa suatu tanda ke dalam pikiran seseorang yang berada pada situasi tertentu?;
(2) Wilayah kedua dalam studi semiotika adalah sintaktik, yaitu studi mengenai hubungan di antara tanda. Dalam hal ini, tanda tidak pernah sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu menjadi bagian dari sistem tanda yang lebih besar atau kelompok tanda yang diorganisir melalui cara tertentu. Sistem tanda seperti ini disebut kode. Kode dikelola dalam berbagai aturan. Dengan demikian, tanda yang berbeda mengacu atau menunjukkan benda berbeda dan tanda digunakan bersama-sama melalui caracara yang diperbolehkan. Menurut pandangan semiotika, tanda selalu dipahami dalam hubungannya dengan tanda lainnya. Buku kamus tidak lebih dari katalog atau daftar kata-kata yang menunjukkan hubungan antara satu kata dengan kata lainnya (satu kata dijelaskan melalui katakata lain). Dengan demikian, secara umum, kita dapat memahami bahwa sintaktik sebagai aturan yang digunakan manusia untuk menggabungkan atau mengkombinasikan berbagai tanda ke dalam suatu sistem makna yang kompleks. Jika kita mencoba meletakkan satu kata (misalnya"kucing") ke dalam suatu kalimat (misalnya , "kucing itu mengejar saya") maka dalam hal ini kita berhubungan dengan tata bahasa atau sintak. Satu gerak tubuh (gesture) sering kali harus digunakan bersama-sama dengan sejumlah gerak tubuh lainnya agar dapat menghasilkan sistem tanda nonverbal yang kmpleks, dan tanda nonverbal harus digunakan bersama dengan bahasa untuk mengungkapkan makna yang lebih kompleks. Aturan yang terdapat pada sintaktik memngkinkan manusia menggunakan berbagai kombinasi tanda yang sangat banyak untuk mengungkapkan arti atau makna;
(3) Pragmatik, yaitu bidang yang mempelajari bagaimana tanda menghasilkan perbedaan dalam kehidupan manusia atau dengan kata lain, pragmatik adalah studi yang mempelajari penggunaan tanda serta efek yang dihasilkan tanda. Pragmatik memiliki peran sangat penting dalam teori komunikasi karena tanda dan sistem tanda dipandang sebagai alat yang digunakan orang untuk berkomunikasi. Aspek pragmatik dari tanda memiliki peran penting dalam komunikasi, khususnya untuk mempelajari mengapa terjadi pemahaman (understanding) atau kesalahpahaman (misunderstanding) dalam berkomunikasi. Dari perspektif semiotika, kita harus memiliki pengertian yang sama, tidak saja terhadap setiap kata dan tata bahasa yang digunakan, tetapi juga masyarakat dan kebudayaan yang melatarbelakanginya, agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Sistem hubungan diantara tanda harus memungkinkan komunikator untuk mengacu pada sesuatu yang sama. Kita harus memiliki kesatuan rasa (sense of coherence) terhadap pesan. Jika tidak, maka tidak akan ada pengertian dalam komunikasi. Kita juga harus memastikan bahwa apabila kita menggunakan aturan tata bahasa, maka mereka yang menerima pesan kita juga harus memiliki pemahaman yang sama terhadap tata bahasa yang kita gunakan. Dengan demikian, mereka akan mengerti makna yang kita maksudkan, people can communicate if they share meaning (orang hanya dapat berkomunikasi jika mereka memiliki makna yang sama). Dengan demikian, tradisi semiotik cenderung fokus pada tanda dan fungsinya.
komponen dasar semiotika terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. Berikut adalah beberapa bagian komponen dasar semiotika: