Empat prinsip ini adalah pilar utama kebahagiaan menurut Ki Ageng Suryomentaram. Marem mengajarkan rasa puas dan cukup terhadap apa yang dimiliki. Sikap ini melibatkan rasa syukur yang mendalam tanpa tergoda oleh keinginan berlebihan. Sementara itu, tenteram adalah kondisi batin yang tenang, yang hanya dapat dicapai dengan menghindari konflik internal dan tekanan eksternal.Â
Selanjutnya, lila adalah sikap rela atau ikhlas, di mana seseorang tidak mudah kecewa menghadapi kehilangan atau kegagalan. Terakhir, legawa berarti lapang dada atau menerima kenyataan dengan kebijaksanaan. Keempat prinsip ini saling melengkapi dalam menciptakan kebahagiaan sejati yang tidak bergantung pada materi, melainkan pada cara seseorang memandang dan menghadapi hidup.
Konsep-konsep ini tidak hanya relevan secara individual tetapi juga memiliki dampak sosial. Jika diterapkan secara luas, nilai-nilai ini dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan adil. Dalam kepemimpinan, prinsip-prinsip ini membentuk pemimpin yang bijaksana, rendah hati, dan berorientasi pada kepentingan bersama.
Kesadaran Keakuan
Kesadaran keakuan adalah pengenalan terhadap ego manusia sebagai sumber utama konflik internal dan eksternal. Ki Ageng Suryomentaram menjelaskan bahwa aku sering kali menjadi penghalang kebahagiaan karena menciptakan rasa tidak puas, iri, dan ketamakan. Dengan memahami kesadaran keakuan, seseorang dapat mengenali dan mengendalikan egonya. Hal ini membantu mengurangi dorongan untuk bertindak secara egois atau merugikan orang lain.Â
Dalam konteks korupsi, misalnya, keakuan yang tidak terkendali sering menjadi alasan seseorang melakukan tindakan melawan hukum demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, pengendalian keakuan adalah langkah penting untuk menciptakan individu yang jujur dan bermoral.
Relevansi dengan Kehidupan Modern
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, filosofi Ki Ageng Suryomentaram memberikan solusi yang relevan untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan. Ajarannya mengajarkan manusia untuk lebih introspektif, menghargai kehidupan, dan mengendalikan dorongan yang merugikan.Â
Konsep-konsep seperti ngelmu laku dan kesadaran keakuan dapat diterapkan untuk membentuk individu yang lebih berintegritas, khususnya dalam menghadapi godaan seperti korupsi atau pelanggaran etika. Prinsip kebahagiaan marem, tenteram, lila, legawa juga menjadi panduan untuk menghadapi tantangan hidup dengan bijaksana.
Konsep kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya pengendalian diri dan pengelolaan rasa sebagai kunci kebahagiaan sejati. Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, seseorang tidak hanya dapat mencapai harmoni dalam diri sendiri tetapi juga memberikan kontribusi positif pada masyarakat. Dalam dunia yang semakin kompleks, ajaran ini tetap relevan sebagai panduan moral untuk membentuk individu yang lebih bijaksana, etis, dan berorientasi pada kebaikan bersama.Â
Hubungan Kebatinan dengan Kepemimpinan Diri
Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram menekankan bahwa inti dari kehidupan yang bermakna adalah kemampuan seseorang untuk memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Kepemimpinan diri bukan hanya tentang mengatur tindakan, tetapi juga mengelola pikiran, perasaan, dan dorongan dalam diri agar tidak bertindak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam pandangan Suryomentaram, kebatinan memberikan landasan spiritual dan etis yang kuat untuk membangun kemampuan ini.