Mohon tunggu...
Jessica Anjelina Situmorang
Jessica Anjelina Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43222120038 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2-Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

20 November 2024   00:15 Diperbarui: 20 November 2024   00:15 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam beberapa kasus, ajaran kebatinan yang menekankan pada penerimaan terhadap kenyataan dan kedamaian batin bisa disalahgunakan untuk membenarkan perilaku yang merugikan orang lain. 

Sebagai contoh, seseorang yang terlibat dalam praktik korupsi atau ketidakadilan bisa saja mengklaim bahwa mereka sudah "menerima takdir" atau "lapang dada" terhadap keadaan mereka, meskipun tindakan mereka jelas merugikan orang lain. Mereka bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari proses kehidupan yang harus diterima, padahal tindakan mereka sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip moral dan keadilan.

5. Kurangnya Tindakan Nyata dalam Mengatasi Masalah

Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan pentingnya kedamaian batin dan keseimbangan dalam diri. Namun, jika ajaran ini hanya dipahami sebagai proses spiritual tanpa adanya tindakan konkret untuk mengatasi masalah sosial dan politik, maka bisa menyebabkan stagnasi dalam upaya perubahan. 

Misalnya, seorang pemimpin yang terlalu fokus pada proses batin dan introspeksi pribadi mungkin lupa untuk melakukan tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, atau ketidakadilan. Ini bisa menunda atau menghambat upaya untuk membuat perubahan positif dalam masyarakat.

6. Eksklusivitas dan Keterbatasan Akses

Prinsip kebatinan yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram, terutama yang berhubungan dengan kedalaman spiritual dan pemahaman tentang jiwa, mungkin tidak dapat dipahami dengan mudah oleh semua orang. Hal ini bisa menyebabkan eksklusivitas dalam kelompok yang mengamalkan ajaran ini, di mana hanya orang-orang tertentu yang merasa memiliki "akses" atau pemahaman yang lebih dalam mengenai ajaran kebatinan. 

Hal ini bisa menciptakan ketidaksetaraan dalam kesempatan untuk memperoleh kebijaksanaan dan kedamaian batin, serta dapat menyebabkan keterpisahan antara kelompok yang mengamalkan ajaran kebatinan dan masyarakat luas.

Kesimpulan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram, dengan ajarannya yang menekankan pada pengendalian diri, kesadaran moral, dan transformasi batin, memiliki relevansi besar dalam pencegahan korupsi dan dalam membentuk kepemimpinan yang berintegritas. 

Ajaran ini, dengan prinsip-prinsip seperti manunggaling rasa (kesatuan rasa), ngelmu laku (proses introspeksi), dan marem, tenteram, lila, legawa (prinsip kebahagiaan), menyediakan panduan untuk mencapai kedamaian batin yang tidak hanya penting bagi kehidupan pribadi, tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial dan publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun